Pondok Ilmu
Mari cerdas dan pintar dengan belajar dan mencintai ilmu
Sunday, June 26, 2016
Friday, November 7, 2014
FUNGSI DAN KEDUDUKAN AL-QUR’AN
FUNGSI DAN KEDUDUKAN
AL-QUR’AN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen : DR.
![]() |
Oleh :
1.
Idah Kosidah
2
Neli Fauziah
Fakultas /
Jurusan / Semester : Tarbiyah / PBI-D / II
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT. karena berkat innayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah
ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ulumul Qur’an.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca, agar makalah yang akan datang lebih baik dari makalah sebelumnya.
Dalam
penyusun makalah ini kami menemukan berbagai hambatan, terutama dalam
pengumpulan data. Kami ingin mengucapkan terim ksih kepada semua pihak yang
telah berjasa dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas
dari kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Cirebon, Juni 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Beberapa definisi Al-Qur’an telah dikemukakan oleh beberapa ulama dari
berbagai keahlian dalam bidang bahasa, Ilmu Kalam, Usul Fiqh dan sebagainya.
Definisi-definisi itu tentu sudah berbeda antara satu dengan yang lainnya,
dikarenakan penekanannya berbeda-beda disebabkan perbedaan dalam keahlian
mereka.
Hal itu menyebabkan Al-Qur’an belum difungsikan secara
menyeluruh dan utuh. Sebagian masyarakat memahami al-Qur’an sebagai obat (syifa)
saja, maka mereka memfungsikannya hanya sebatas sebagai penyembuh. Sehingga,
Al-Qur’an baru dekat dengan orang-orang yang sakit, sekarat atau sudah
meninggal. Padahal al-Qur’an sebenarnya lebih dibutuhkan oleh orang-orang yang
sehat. Sebagian yang lain hanya memahami al-Qur’an sebagai kitab bacaan yang
pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas ini mendorong masyarakat merasa puas
setelah hanya membaca al-Qur’an. Pemungsian al-Qur’an oleh masyarakat
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (tashawur) dan persepsi mereka terhadap
al-Qur’an itu sendiri. Hal inilah yang membuat pengenalan terhadap al-Qur’an
menjadi sangat penting.
1.2
Perumusan Masalah
Dalam
perumusan masalah, kami mencoba mengangkat permasalahan yang dirumuskan sebagai
berikut :
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Fungsi Al-Qur’an
3. Kedudukan Al-Qur’an
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan kami
dalam menyusun makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara teoritis
kepada pembaca khususnya bagi calon pengajar agar mengetahui apa itu Pengertian,
Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Qur’an
Al-quran adalah kalam allah swt yang diturunkan kepeda
Rasul dan penutup para Nabi Muhammad SAW, diawalai dengan surat Al-Fatihah dan
diakhihri dengan surat An-Naas.
Allah swt berfirman, yang artinya:
“sesungguhnya
kami telah manurunkan al-quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur”
. (al-insaan :23).
Dan firmannya, yang artinya:
“sesungguhnya kammi menurunkannya berupa al-quran dengan
berbahasa arab, agar kamu memahaminya”. (yusuf :2)
Para
ulama tafsir al-Qur’an dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi
bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Qur’an merupakan bentuk mashdar
dari kata qoro’a – yaqro’uu – qiroo’atan – wa qor’an – wa qur’aanan. Kata
qoro’a berarti menghimpun dan menyatukan; al-Qur’an pada hakikatnya
merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan
ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Qur’an. Di samping
itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur’an dengan akar kata qoro’a,
bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi
“al-Qur’an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”
Makna
al-Qur’an secara ishtilaahi, al-Qur’an itu adalah “Firman Allah SWT yang
menjadi mu’jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi
oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi
berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar”
Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting:
a. Al-Qur’an
adalah firman Allah SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia
dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur’an) pun menjadi mulia dan agung juga,
yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.
b. Al-Qur’an
adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan
al-Qur’an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c. Al-Qur’an
itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192).
Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur’an masuk ke dalam hati kita.
Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi
dengan al-Qur’an, maka al-Qur’an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan
memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika
al-Qur’an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi
SAW, beliau menjawab: Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah
al-Qur’an.
d. Al-Qur’an
disampaikan secara mutawatir. Al-Qur’an dihafalkan dan ditulis oleh banyak
sahabat. Secara turun temurun al-Qur’an itu diajarkan kepada generasi
berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu,
keaslian al-Qur’an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian
al-Qur’an. (QS 15:9).
e. Membaca
al-Qur’an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda:
“Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam
satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat”
(al-Hadist).
Ali
bin Abi Thalib berkata: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan terjadi
fitnah (kekacauan, bencana)” Bagaimana jalan keluar dari fitnah dan
kekacauan itu Hai Rasulullah? Rasul menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya
terdapat berita tentang orang-orang sebelum kamu, dan berita umat sesudah kamu
(yang akan datang), merupakan hukum diantaramu, demikian tegas, barang siapa
yang meninggalkan al-Qur’an dengan sengaja Allah akan membinasakannya, dan
barang siapa yang mencari petunjuk pada selainnya Allah akan menyesatkannya,
Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas,
peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Qur’an hawa nafsu
tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah,
pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan
kenyang dengan al-Qur’an, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya,
al-Qur’an tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan
habis, ketika jin mendengarnya mereke berkomentar ‘Sungguh kami mendengarkan
al-Qur’an yang menakjubkan’, barang siapa yang mengetahui ilmunya dia akan
sampai dengan cepat ke tempat tujuan, barang siapa berbicara dengan landasannya
selalu benar, barang siapa berhukum dengannya hukumnya adil, barang siapa yang
mengamalkan al-Qur’an dia akan mendapatkan pahala, barang siapa yang mengajak
kepada al-Qur’an dia diberikan petunjuk ke jalan yang lurus” (HR Tirmidzi dari
Ali r.a.)
2.2 Fungsi Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an
adalah sebagai berikut:
1.
Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah
diturunkan Allah SWT
2.
Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.
Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan
oleh umat terdahulu
4.
Sebagai Obat

Dan Kami
turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian”. (Al-Isra' (17): 82).
2.3 Kedudukan Al-Qur’an
Seperti telah kita ketahui bahwa apapun yang di
kerjakan, di perintah maupun yang dilarang Allah pasti memiliki maksud dan
tujuan. Begitu pula ketika Allah menurunkan Al-qur’an. Al-Qur’an diturunkan
sebagai :
1. Kitab
Berita dan khabar
Sebagai kitab berita dan khabar Al-Qur’an banyak berbicara
tentang orang-orang terdahulu, baik yang shalih maupun yang thalih. Al-Qur’an
berbicara tentang perjuangan para Nabi dan pertolongan Allah atas mereka, agar
umat ini mau mengikuti perjuangan mereka. Dan juga menceritakan tentang
orang-orang durhaka dan akibat buruk dari kedurhakan mereka.
Al-qur’an bercerita tentang fir’aun dan akibat kekufurannya
yaitu di binasakan dan di tenggelamkan di laut merah beserta bala tentaranya.
Al-Qur’an juga bercerita tentang Qarun dan Kebakhilannya hingga Allah
tenggelamkan diri dan hartanya kedalam bumi, dan masih banyak contoh lainnya.
2. Kitab Hukum dan Perundang-undangan
Sebagai pedoman hidup manusia, Al-Qur’an, memuat hukum-hukum
dan undang-undang untuk di taati.
Baik
hukum amaliah seperti :
a. Hukum Ibadah
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia
dengan Rabbnya (hablum minallah, baik ibadah mahdhoh (ibadah yang
disyari’atkan dan telah ditetapkan tata caranya oleh Nabi seperti shalat,
puasa, haji, dll.) maupun ibadah ghoiru mahdhoh (ibadah secara umum).
b. Hukum Mu’amalat
yaitu hukum dan perundang-undangan yang mengatur
hubungan antara manusia denngan manusia lainnya (hablum minannas), Hukum
mualamat terbagi kepada :
o
Hukum Ahwal Syaksiyah
Yaitu hukum yang sangat terkait erat
dengan pribadi setiap individu muslim sejak di lahirkan hingga wafatnya,
seperti nikah, thalaq dll.
o
Hukum Mu’amalah madaniyah
Yaitu hukum-hukum jual beli, sewa menyewa dll.
o
Hukum acara
o
Hukum Internasional
o
Hukum Ekonomi/keuangan negara
c. Hukum Hudud & Jinayah (pidana)
Yaitu hukum yang di syari’atkan dalam rangka menjaga
agama, jiwa, akal, keturunan, dan kehormatan.
3. Kitab
Jihad
Secara bahasa jihad artinya bersungguh-sungguh. Sedangkan
dalam pengertian syari’at Islam jihad adalah bersungguh-sungguh dalam menegakan
kalimat-kalimat Allah dan menghilangkan fitnah terhadap kaummuslimin. Jihad
adalah puncak amal islami seorang muslim, setiap muslim memiliki kewajiban
untuk berjihad.
Said Hawa dalam bukunya Al-Islam, mengklasifikasi jihad
menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Jihad
Nafsi /jihad Qital (perang)
Jihad nafsi (jiwa) atau jihad qital (perang) adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakan kalimat Allah di muka bumi dengan pertaruhan
nyawa. Jihad jenis inilah yang nilai pahalanya paling tinggi disisi Allah,
karena siapapun yang gugur akan mendapat gelar syahid, gelarnya para penghuni
syurga tertinggi. Syahid pula yang menjadi cita-cita tertinggi kaum muslimin
dalam berjihad. Para syuhada adalah mereka yang tetap hidup walau jasadnya
sudah berkalang tanah.
b. Jihad
Lisani
Yaitu menegakan agama Allah dengan nasehat-nasehat
yang baik. Rasulullah SAW. bersabda
الدين النصيحة
Artinya “ Agama itu adalah nasihat”
c. Jihad
Maal
Yaitu berjihad dengan cara menginfaqan harta demi
kemenangan jihad. Hal ini pernah di lakukan oleh para sahabat mulia, Abu Bakar,
Utsman, Abdur Rahman bin Auf, yang menginfakkan begitu banyak hartanya untuk
memenangkan jihad (perang) di jalan Allah.
d. Jihad dengan kekuasaan
Jihad dengan kekuasaan/kekuatan sangat mungkin di
lakukan oleh mereka yang memiliki otoritas/kekuasaan dalam msyarakat. Seorang
ayah wajib berjihad untuk mengislamikan keluarganya, karena ia adalah pemimpin
di keluarga. Dan seorang presiden harusnya bertanggung jawa terhadap baik-buruk
rakyatnya.
Rasulullah SAW. bersabda : “ Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya”.
e. Jihad
siyasi (politik)
Jihad siyasi adalah jihad yang mungkin dilakukan oleh
para anggota dewan baik DPRD maupaun DPR. Jihad yang mereka lakukan adalah
membuat undang-undang yang sejalan dengan hukum Allah SWT. Undang-undang yang
memudahkan umat Islam melakukan kegiatan-kegiatan keislaman tanpa adanya rasa
takut karena intimidasi, terror dan lainnya.
f. Jihad
Tarbawi (pendidikan)
Jihad tarbawi adalah jihad yang diakukan dengan
pendidikan dan da’wah islam.
4. Kitab
Tarbiyah
Tarbiyah artinya pendidikan, dan manusia adalah makhluk
“paedogogis” yaitu makhluk yang bisa dididik dan bisa mendidik. Dan pendidikan
yang benar adalah pendidikan yang dijalankan Rasulullah yang berpedoman pada
Al-Qur’an.
5. Kitab
pedoman hidup
Sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada manusia diturunkalah
Al-Qur’an sebagai pedoman dan peta untuk perjalanan hidupnya di dunia, jika ia
mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an maka ia tak akan pernah tersesat.
Konsepsi
inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan
menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang
sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat
Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa
sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang
memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah
umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua
kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya
beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah
besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang
terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah
kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau
mengatakan dalam sebuah haditsnya:
عن
عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَيْرُكُمْ
قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Dari
Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah
generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang
berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin).
(HR. Bukhari)”
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi
pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits
lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ
أَنَّ
أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ
نَصِيفَهُ ( رواه البخاري)
Dari
Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela
sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan
emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka,
bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar
belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang
tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama,
karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan,
guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai
sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki
tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya.
Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh
Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala
hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa
Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa
lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah
yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka
ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang
sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya
Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada
kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
6. Kitab
Ilmu Pengetahuan
Begitu banyak ayat Al-Qur;an yang berbicara tentang ilmu pengetahuan. Bahkan
wahyu pertama yang turun di Gua Hiro pada tahun 610 M adalah ayat ilmu
pengetahuan, di awali dengan kata kerja perintah
“Bacalah”dan
membaca adalah kunci ilmu. Dalam ayat-ayat yang lain Allah menjelaskan tentang
dasar-dasar ilmu pengetahuan modern yang baru dapat dibuktikan oleh manusia 1
milenium (1000 tahun) berikutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi Al-Quran
meliputi:
1.
Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan allah swt
2.
Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.
Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperdelisihkan
oleh umat terdahulu
4.
Sebagai obat
Kedudukan Al-Qur’an meliputi:
1.
Sebagai berita dan kabar
2.
Sebagai kitab hukum syariah
3.
Kitabul jihad ,Qs.al-ankabut (29):69
4.
Kitabul tarbiyah Qs. Al-imran (3):79
5.
Minhajul hayah (peffoman hidup)
DAFTAR PUSTAKA
Rummi. Muhammad. 1997. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi.
Departemen Agama Respublik
Indonesia. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Surabaya: Toha Putra.
Sunday, October 26, 2014
Taqobul Lughoh
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Sintaksis
yang disebut juga ilmu tata kalimat, berasal dari bahasa belanda syntaxis.
Secara tradisional, dalam tataran linguistic sintaksis berada pada tataran yang
sama dengan morfologi. Beda morfologi dan sintaksis, morfologi menyangkaut
struktur gramatika di dalam kata, satuan terkecilnya morfem. Sedangkan
sintaksis berbicara tentang hubungan diantara kata-kata dalam kalimat, satuan
terkecilnya adalah frase. Selain frase, sintaksis berbicara tentang klausa dan
kalimat.
Frase
merupakan kesatuan bahasa yang lebih besar dari kata, karena frase terdiri atas
dua atau lebih kata yang mempunyai makna baru. Contoh: rumah saya,
masing-masing kata tersebut mempunyai makna. Setelah bergabung (frase)
mempunyai makna baru yaitu
“
rumah milik saya”.
Klausa
adalah kesatuan bahasa yang terdiri atas dua bagian yang berfungsi sebagai
subjek dan predikat. Bedanya dengan kalimat, klausa belum mempunyai intonasi
dan tanda baca.
Kalimat
merupakan satuan bahasa yang lengkap sebab kalimat dapat berdiri sendiri dan
dapat dipahami sebab kalimat mempunyai maksud tertentu.
“saya
lapar”, apabila seseorang mengucapkan kalimat itu, pendengar akan mengerti apa
yang dimaksud pembicara.
BAB II
PERBANDINGAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB DARI SEGI SINTAKSIS
A.
SINTAKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun
yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara
etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata atau kelompok
kata menjadi kalimat (Achmad, 1996/1997). Di samping uraian tersebut, banyak
pakar memberikan definisi mengenai sintaksis ini. Ramlan (1996:21) mengatakan
bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa dan frase. Verhaar (1996:161) dan Suparman (1985:1)
mendefinisikan sintaksis sebagai cabang tata bahasa yang membahas hubungan
antarkata dalam tuturan. Ada juga yang berpendapat bahwa sintaksis adalah
telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan
kata menjadi kalimat (Stryker, 1969). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah studi tentang hubungan antara kata
yang satu dengan kata yang lain. Hubungan antara kata yang satu dan kata yang
lain akan membentuk frase, klausa, dan kalimat.
1.
Medan Telaah Sintaksis
Berdasarkan pengertian sintaksis di atas, jelas bahwa
sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa dan frase. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan
adalah (1) struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran
sintaksis serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu, (2)
satuan-satuan sintaksis berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana; dan
(3) hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek,
dan sebagainya.
Satuan wacana terdiri dari unsur-unsur yang berupa kalimat,
satuan kalimat terdiri dari unsur yang berupa klausa, satuan klausa terdiri
dari unsur yang berupa frase, dan frase terdiri dari unsur yang berupa kata.
Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur
suatu satuan serta hubungan antara unsur-unsur itu dalam suatu satuan, baik
hubungan fungsional maupun hubungan maknawi.
a)
Frase
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif. Frase merupakan kelompok kata yang menduduki fungsi tertentu
dalam kalimat.
Contoh:
rumah ayah, gunung tinggi, rumah makan, gulung tikar, pergi haji, dan
sebagainya.
Dilihat
dari unsur pembentuknya ada beberapa macam frase:
- Frase biasa
Frase
biasa adalah frase yang maknanya tercermin dari unsur-unsur pembentuknya.
Misalnya:
Orang
tua bermakna orang yang tua
- Frase idiomatik
Frase
idiomatik adalah frase yang terdiri atas unsur idiom atau ungkapan. Karena
berupa idiom atau ungkapan maka maknanya tidak dapat dilihat (diambil) dari
unsur-unsur pembentuknya. Maknanya sudah baku sebagai makna idiom itu.
Misalnya:
Orang
tua bermakna ibu bapak
- Frase bertingkat (frase subordinatif)
Frase
bertingkat (subordinatif) ialah frase yang unsur-unsurnya tidak berhubungan
secara sejajar karena unsure yang satu menjadi keterangan (bagian) unsur
lainnya.
Misalnya:
Orang
dalam
pegawai
negeri biru
laut
Amat
kuat
rumah ibu
bahasa Indonesia
- Frase endosentrik
Frase
endosentrik ialah frase yang kedua unsurnya menjadi inti atau pokok (sama
pentingnya dalam distribusinya). Misalnya:
-
Buah duku muda jatuh ke tanah
Berdasarkan
persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
- Frase Nominal
- Frase Verbal
- Frase Bilangan
- Frase Keterangan
- Frase Depan
Frase
Nominal adalah
frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
Contoh:
- baju baru
- mahasiswa baru
- kapal terbang itu
Frase
Verbal adalah
frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal
contoh
:
- akan pergi
- sudah datang
- makan dan minum
Frase
Bilangan adalah
frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan
Contoh
:
- tiga ekor
- lima botol
- tiga puluh kilogram
Frase
Keterangan adalah
frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan
Contoh
:
- kemarin pagi
- tadi pagi
- sekarang ini
Frase
Depan (preposisional)
adalah frase yang terdiri dari kata depan
Contoh
:
- ke Jakarta
- dari desa
- kepada teman sejawat
b)
Klausa
Klausa ialah kesatuan gramatikal yang berupa kelompok kata
yang sekurang-kurangnya terdiri atas subyek dan predikat serta berpotensi
menjadi kalimat.
Contoh:
- Saya menyanyikan sebuah lagu
- Ia sudah bangun
- Anak itu menangis
Macam-macam klausa
1) Klausa lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang terdiri atas unsur S
(subjek) dan P (predikat).
Contoh:
– rumahnya sangat besar – bajunya baru
S
P
S P
2) Klausa tak lengkap
Klausa tak lengkap ialah klausa yang unsur pembentuknya
terdiri atas S (subjek) saja atau P (predikat). Klausa seperti itu dapat
terjadi sebagai akibat penggabungan klausa atau merupakan jawaban atas suatu
pertanyaan.
Contoh:
– senang
bergurau,
– membaca komik
P
P
3) Klausa positif
Klausa positif ialah klausa yang secara gramatik tidak
menegatifkan unsur P (predikat). Klausa ini ditandai dengan tidak digunakannya
kata-kata negative; tidak, tak, bukan, tiada, belum, dan jangan.
Contoh:
matanya terlihat berbinar-binar
Ia
sahabat saya
Mereka
punya perasaan lain
4) Klausa negatif
Klausa negatif adalah klausa yang secara gramatik mengandung
makna menegatifkan unsur P (predikat). Klausa ini ditandai dengan adanya
kata-kata negatif; tak, tidak, bukan tiada, belum, dan jangan.
Contoh:
ia tidak langsung pergi
5) Klausa nominal
Klausa nominal ialah Klausa yang P (predikat)-nya terdiri
atas kata N (nominal) atau frase golongan N (nominal).
Contoh:
ia guru yang
dilihatnya itu film
ibunya seorang pedagang
6) Klausa verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P (predikat)-nya terdiri
atas kata V (verbal) atau frase golongan V (verbal).
Contoh:
penyanyi itu membawakan lagu rindu
pedagang
menawarkan barang
7) Klausa bilangan
Klausa bilangan ialah klausa yang P (predikat)-nya terdiri
atas kata bilangan atau frase golongan bilangan (frase numeral).
Contoh:
kaki kursi itu empat
kendaraan itu beroda dua
8) Klausa depan
Klausa depan ialah klausa yang P (predikat)-nya terdiri atas
frase depan, yaitu frase yang diawali dengan kata depan (frase preposisional).
Contoh:
petugas itu dari luar jawa beras itu di
dapur
- Kalimat
Kalimat adalah rangkaian frase berstruktur minimal S dan P
yang mengandung satu pengertian yang lengkap dan ditandai dengan intonasi telah
selesai.
Contoh:
penerbit itu mengerjakan segala urusan perbukuan.
-
Ciri-ciri kalimat
1)
Minimal memiliki subyek dan predikat (S + P)
2)
Penulisannya diawali dengan huruf kapital (huruf besar)
3)
Diakhiri dengan tanda baca/tanda berhenti kalimat (tanda titik, tanda Tanya,
atau tanda seru)
4)
Mempunyai maksud atau pengertian yang lengkap.
5)
Unsur-unsurnya; S (subjek), P (predikat), O (objek), Pel (pelengkap), dan K (keterangan)
-
Macam-macam kalimat
·
Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek
(S) dan satu predikat (P). Namun, struktur kalimat tunggal dapat berupa:
(S)
+ (P) + (O) + (Pel.) + (K).
Contoh:
ayah pergi, adik menangis
S
P S
P
·
Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua
struktur kalimat atau dua subjek (S) dan dua predikat (P). namun, struktur
kalimat majemuk dapat berupa :
2
(S) +2 (P) + (O) + (Pel.) + (K).
Contoh:
adik membaca sedangkan adik menulis
S
P
S
P
\-
macam-macam kalimat majemuk
v Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang
unsure-unsur pembentuknya berkedudukan sama atau setara. Cirri-cirinya disertai
dengan tanda hubung koma (,) dan, lalu, serta, dan sebagainya.
Contoh:
adik membaca buku, kakak menulis surat
S
P
O
S P
O
v Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat majemuk yang
unsure-unsur pembentuknya berkedudukan tidak sama/bertingkat/tidak setara,
unsure yang satu menjadi bagian unsure yang lainnya. Dengan kata lain kalimat
majemuk bertingkat terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
saya makan, ketika ayah sedang tidur
S
P S
P
K
Keterangan
:
Saya
makan
induk kalimat
Ketika
ayah sedang tidur anak kalimat
Ketika
kata penghubung
v Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang terdiri
atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
adek berjanji akan datang, ia membawa oleh-oleh
S
P
Pel
S P
O
Jika
hujan tidak turun
S
P
B.
SINTAKSIS DALAM BAHASA ARAB (ILMU NAHWU)
-
Pengertian Frasa
Berikut
ini dikumukakan batasan tentang frasa dari berbagai sumber.
- Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melebihi batas fungsi.
- Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa.
- Frasa atau tarkib adalah gabungan unsure yang saling terkait dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat, atau suatu bentuk yang secara sintaksis sama dengan satu kata tunggal, dalam arti gabungan kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja.
- Frasa atau ‘ibarah adalah konstruksi kebahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih, hubungan antar kata dalam konstruksi itu tidak predikatif, dan dapat diganti dengan satu kata saja.
Contoh:
قميص علي
-
Jenis frasa
Berdasarkan
tipe strukturnya
- Frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan salah satu atau semua unsurnya. Misalnya frasa الطالب الماهر ‘siswa pintar’ pada klausa الطالب الماهر ناجح ‘siswa pintar itu lulus’, mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya , yaitu الطالب
- Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan salah satu unsurnya. Frasa في المكتب ‘di kantor’ pada konstruksi الأستاذ يقرأ في المكتب ‘Bapak guru membaca di kantor’ danأمام المدرسة ‘di depan sekolah’ pada konstruksiالاولاد يلعبون أمام المدرسة ‘anak-anak bermain di depan sekolah’ tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-unsurnya.
Berdasarkan
unsur pembentuknya
- Frasa na’ty adalah frasa yang dibentuk oleh nomina sebagai unsure pusat diikuti ajektif sebagai na’at atau atribut, misalnya frase ألوان زيتية .
Frasa
ألوان زيتية berunsurkan nomina ألوانsebagai UP dan ajektiva زيتية sebagai na’at (Atr)
Konstruksi
frasa na’ty mempersyaratkan kesesuaian (muthabaqah).
- Frase athfy (koordinatif) adalah frasa yang berunsurkan nomina diikuti nomina atau verba diikuti verba, atau ajektiva diikuti ajektiva,
misalnya:
عثمان يحب اللغة والحساب
Unsure-unsur
pada frasa athfy dapat dihubungkan atau memang dihubungkan dengan huruf athaf
(kata penghubung atau koordinat)
- Frasa badaly (apositif) adalah frasa yang juga terdiri atas N diikuti N. Ada beberapa hal yang membedakan frasa badaly dari frasa na’ty dan athfy. 1. Secara semantic N1 sama dengan N2. Karenanya keduanya dapat saling menggantikan. 2. Kedua N tidak dapat dirangkai dengan huruf athaf.
Misalnya:
تستقبل اللجنة وزير الدينية سعيد عاقل منوّر
- Frasa zharfy (adverbia)adalah frasa yang berunsurkan zharaf (adverbia) diikuti Adv. Misalnya:جاء أبي صباح أمس من جاكرتا
- Frasa syibhul jumlah (preposisional) adalah frasa yang berunsurkan preposisi (harf jar atau zharf) sebagai penanda diikuti N sebagai petanda.
Misalnya:أشتري القلم من المقصف
- Frasa manfy (negasional) adalah frasa yang terdiri atas penegasi (adatu-n nafyi) diikuti verba (V) atau N. beberapa penegasi yang ditemukan atau banyak muncul adalahلن، لم، ما، ليس، لا .Penegasi لن، لم dan ماditemukan hanya diikuti V. adapun penegasi lainnya dapat diikuti N ataupun V. misalnya:أنا لا أعرف الجواب
- Frasa syarty (syarat) adalah frasa yang berunsurkan penanda syarat sebagaiArt diikuti V sebagai UP. Dalam Al- Arabiyah Li-n Nasyi’in ditemukan sejumlah penanda syarat yaitu كلما، إن، لما، لو، عندما، من، أذا , dan مهما .
Misalnya:
إذا جاء نصرالله
- Frasa tanfis adalah frasa yang tersusun dari V sebagai UP didahului penanda waktu tanfis سـdanسوف . Meskipun istilah tanfis lazimnya hanya mencakup dua penanda waktu tersebut, pada buku ini penandaكي، لـ، قد، حتى، dimasukkan sebagai penanda tanfis juga. Misalnya:سازورك هذاليوم
- Frasa tawqitat adalah frasa yang berunsurkan verba bantu dan yang sejenis (tidak termasuk ليس ) baik diikuti verba maupun non verba, secara singkat dapat ditulis V bantu + V/non-V. Penanda tawqitat itu antara lain berupa ما زال، أمسى، ظلّ، صار، كان .Penanda tawqitat tersebut merupakan verba bantu yang mengandung makna waktu. Sebagai verba bantu, jelas ia bukanlah UP dalam frasa, melainkan Atr. Misalnya:أمسى القائد مسليما
- Frasa idhafy adalah frasa yang berunsurkan N+N. Dalam hal ini N pertama merupakan UP sedangkan N kedua sebagai Atr. Frasa idhafy berbeda dari farsa koordinatif. Di dalam frasa koordinatif, kedua N sama-sama sebagai UP. Perhatikan dua contoh frasa idhafy sebgai berikut:ما عنوانك؟
- Frasa adady (numerial) adalah frasa yang berunsurkan bilangan (adad) diikuti N. dalam hal ini numerial tersebut merupakan UP. Misalnya:أحضرت ثلاث صور
- Frasa nida’iy adalah frasa yang terdiri atas kata seru (nida’) sebagai Atr dan N sebagai UP. Kedua unsure tersebut dalam BA disebut nida’ dan munada. Penanda seruan (nida’) bisa berupaيا،أيها . Misalnya:ما هذا يا أستاذ؟
- Frasa isyary adalah farsa yang berunsurkan N dan UP didahului penunjuk sebagai Atr. Misalnya: ذلك الحذأ لي
- Frasa tawkidy adalah frasa yang terbentuk dari N sebagai UP siikuti Atr berupa tawkid (penegas). Penanda tawkid (penegas) BA mencakup كل، نفس، عين. selain itu bisa berupa kata ganti lepas sebagaimana dicontohkan berikut:لقيت محمدا نفسه
- Frasa mawshuly adalah frasa yang terbentuk dari mawshul + shilah. Mencakup الذي dan التي dengan derivatnya. Misalnyaالذين يلعبون أصحابي :
- Frasa mashdary adalah frasa yang terdiri atas penanda masfdar diikuti V, misalnya:أحب أن أقرأ القصة
- Frasa tamyizy terdiri atas mumayyaz dan tamyiz. Dalam hal ini mumayyaz itu berupa adjektiva yang bersama-sama nomina membentuk frasa na’ty atau atribut. Meskipun yang menjadi UP dalam frasa atribut adalah nomina, tetapi tamyiz secara langsung berhubungan dengan adjektiva, bukan dengan nomina. Dengan kata lain, tamyiz tidak pernah muncul tanpa didahului ajektiva.
Misalnyaهذه هي تامرأة الجميلة وجها:
- Frasa bayany adalah frasa yang berunsurkan dua nomina yang dipisahkan oleh huruf من. secara singkat dapat ditulis dengan rumus N1+ +N2.
Misalnya:شربت كوبا من العصير
- Frasa istitsna’I adalah frasa yang terbentuk dari pengecuali diikuti N. pengecuali BA antara lain . misalnya:لا يصدّقه أحد إلا أبا بكر
- Frasa naskhy adalah frasa yang berunsurkan nomina sebagai UP didahului penanda naskhy, yaitu yang mencakup ليت- لعلى- كأن- لأن- لكنّ- أن- إن.
misalnya:إن الله سميع عليم
- Frasa ikhtishashy adalah frasa yang berunsurkan dua nomina juga . N1 merupakn UP dan N2 merupakan pengkhusus. Sebagai pengkhusus, N2 beri’rab mansub sebagaimana tampak pada contoh:نحن المسلمين أمة وحدة
- Frasa ta’ajjuby adalah frasa yang berunsurkan atau diikuti konstruksi unik untuk menyatakan kekaguman. Contoh: مال اطيب قميصك
- Frasa muqarabat adalah frasa yang berunsurkan V sebagai UP didahului verba muqarabat yang bermakna ‘hampir’. Misalnya: أو شكت الشمس تغرب
- Frasa syuru’ adalah frasa yang ber-UP V didahului verba bantu syuru’.
Misalnya:أخذ ينتقل من مدينة إلى مدينة
- Frasa raja’ adalah frasa yang berunsurkan verba sebagai UP didahului veba bantu raja’ عسى. Misalnya: عسى أن ندرك
-
Pengertian klausa
Klausa
adalah satuan gramatik berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Contoh:
في الحجرة
-
Jenis klausa
Berdasarkan
struktur intern klausa
- Klausa lengkap (klausa kamilah) adalah klausa yang mengandung fungtor S dan P atau MI dan M.
Misalnya:مكة الآن مدينة عصرية و كانت قرية خالية
- Klausa tidak lengkap (klausa ghayr kamilah) adalah klausa yang tidak mengandung fungtor S/MI. Misalnya:يحضر التجار و يدخلون السوق
Berdasarkan
jenis kata/frasa yang menjadi P
- Klausa verbal (jumlah fi’liyah) adalah klausa yang P-nya berupa kata golongan verba. Contoh:ترقص الفتاتان
- Klausa nominal (jumlah ismiyah) adalah klausa yang P-nya berupa kata/frasa golongan nominal. Contoh: هم يضحكون
- Klausa depan/klausa preposisional (syibhul jumlah) adalah klausa yang P-nya berupa frasa depan. Contoh: المدير في المكتب
Berdasarkan
peran fungtor S
- Klausa aktif (jumlah ma’lumiyah) adalah klausa yang S-nya berperan sebagai pelaku. Contoh:شرح الله صدر زيد
- Klausa pasif (jumlah majhuliyah) adalah klausa yang S-nya berperan sebagai penderita. Contoh:هزمت أكبر دولتين
- Klausa netral (jumlah bayna ma’lumah wa majhulah) adalah klausa yang P-nya non verba, S tidak berperan apa-apa, tidak sebagai pelaku dan tidak sebagai penderita. Contoh:إن التوحيد مصدر قوته
Berdasarkan
kehadiran dan urutan fungtor
- Klausa berfungtor S dan P adalah klausa yang terdiri hanya atas dua unsur inti mempunyai dua kemungkinan pola, yaitu pola S-P dan P-S.
Contoh:هو يمشي
توفي أمير المؤمنين
- Klausa berfungtor S, P, dan O adalah klausa yang tersusun dari fungtor S, P dan O. Contoh:كان ملك ينصح الحكام
- Klausa berfungtor S, P, dan K. Contoh:لعب صديق كثيرا
- Klausa berfungtor S, P, O, dan K adalah klausa yang mempunyai fungtor paling lengkap, dalam arti semua fungtor inti dan non inti hadir, ia mempunyai alternative urutan yang lebih bervariasi.
Contoh:أنا أصلي الجمعة مع والدي
- Klausa berfungtor P saja. Contoh:كانت قرية خالية
- Klausa berfungtor P dan O adalah klausa berfungtor S-P-O yang mengalami pelepasan S. Contoh:يؤلفون كتب الدليل
- Klausa berfungtor P dan K adalah klausa berfungtor P-K yang pada dasarnya Klausa S-P-K yang mengalami pelepasan S.
Contoh:لا أذكر جيدا
- Klausa berfungtor P, O, dan K adalah klausa yang berfungtor P-O-K.
Contoh:يتذكر والده كثيرا
c)
Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang didahului dan diakhiri
oleh kesenyapan dan berfungsi dalam ujaran. Satuan gramatik yang dimaksudkan
diakhiri dengan nada akhir turun(misalnya nada akhir pernyataan)atau nada akhir
turun (misalnya nada akhir pertanyaan). Satuan gramatik tersebut tidak
merupakan bagian dari satuan gramatik yang lebih besar.
Contoh
sebagai berikut :
كيف حالك يا سعيد؟
·
Fungsi, kategori, dan Peran
Pada bagian 3 klausa,telah dibahas berbagai fungsi dalam
klausa,misalnya subjek dan predikat. Klausa,jika berdiri sendiri,pada dasarnya
adalah kalimat. Yang termasuk sebagai fungsi adalah apa yang lazim disingkat
dengan S,P,O,K. Berbeda dengan S,P,O, dan K,kata benda,kata kerja dan kata
tugas tidak termasuk fungsi,melainkan kategori atau kelas kata.Contoh-contoh
berikut:
يصنع النجار الكرسي من
الخشب اعطاني أبي النقود
·
Jenis Kalimat
Kalimat
dapat diklasifikasikan dari berbagai segi sebagai berikut:
1.Berdasarkan
jumlah dan jenis klausa pada dasar
-
Kalimat tunggal
Kalam
tunggal dalam BA di sebut dengan kalam basith adalah kalimat yang
terdiri atas satu klausa bebas tanpa klausa terikat.contoh sbb :
(186)
أللّه ربنا
(187)
أخي يعمل مدرسا
(188)تسكن العائلة فى قرية من العاصمة
Kalimat-kalimat
di atas masing-masing terdiri atas klausa bebas. Kalimat (186) terdiri atas
klausa الّله ربنا dengan rincian الله sebagai S dan ربناsebagai P. Kalimat (187) terdiri atas klausa أخي يعمل مدرسا sebagaimana kalimat (188) terdiri atas
klausa العاصمة قرية من تسكن العائلة فى.
-
Kalimat majemuk bersusun
Kaimat
majemuk bersusun sering disebut juga kalimat majemuk bertingkat. Kalimat
majemuk bersusun adalah kalimat yang minimal terdiri atas satu klausa terikat.
Dalam BA disebut kalimat tathbiqi .contoh sbb :
(189)
الى المستشفى لأن والدي مريضذهبت
(190)عندما أسمع اذان الجمعة اذهب الى المسجد
(191)انا اعلم انك فى تعب شديد
(192)
كتب بشير رسالة الى صديقه فى الكويت يسأله عن الكويت
Keempat
kalimat di atas terdiri atas dua klausa yang tidak setara,karena salah satunya
berupa klausa terikat. Dengan kata lain kedua klausa pada masing-masing kalimat
itu bertingkat.kalimat (189) terdiri atas klausa bebas ذهبت الي المستشفي dan klausa terikat لأن والدي مريضkalimat (190)terdiri atas klausa bebas
الي المسجد اذهبdan klausa terikat
عندما أسمع الأ ذان
Kalimat
(191)terdiri atas klausa bebas انا أعلمdan
klausa terikat انت في تعب شديد. kalimat (192)
terdiri atas klausa bebas بشير رسالة الي صديقة
في الكويت كتبdan klausa terikat يسأله عن الكوت
-
Kalimat majemuk setara
Kalimat
majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua /lebih klausa bebas.dalam
BA ini disebut dengan kalam murakkab.contoh sbb :
(197)استيقظ ياسر من النوم مبكرا ثم توضاءو صلى الصبح
(198)
هذه درذجة كبيرة و تلك دراجة صغيرة
Sebagaimana
empat kalimat sebelum ini,tiga kalimat terakhir inipun mempunyai dua klausa.tetapi
kedua klausa pada (197),(198),dan (199) merupakan klausa bebas
semua.masing-masing klausa berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari klausa
lainnya.kedua klausa pada setiap kalimat itu di hubungkan oleh penghubung yang
setara,yaituثم . (197), فـ (198), dan و.
Berdasarkan
struktur internal klausa utama
-
Kalimat sempurna adalah kalimat yang pada dasarnya terdiri dari atas klausa
bebas. Dengan prinsip ini maka kalimat tunggal,kalimat majemuk bertingkat,dan
kalimat majemuk setara termasuk dalam klasifikasi kalimat sempurna,karena
ketiga jenis kalimat tadi,dasarnya terdiri atas klausa bebas.kalimat sempurna
kadang-kadang di sebut dengan istilah kalam kamil.contoh sbb:
(199)
جر الرسول من مكة الى المدينة المنورةها
-
Kalimat tak sempurna
Kalimat
tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas klausa terikat atau
tidak mengandung klausa. Jenis kalimat ini juga lazim disebut kalimat minor.
Sebagai padanan dalam BA dapat digunakan istilah kalam ghayr kamil.
Kalimat-kalimat pendek dalam percakapan biasanya termasuk kalimat tak
sempurna.contoh sbb :
(200)مشيا علي الاقدم
3
Berdasarkan ada tidaknya penanda negasi
-
Kalimat afirmatif dan kalimat negatif
Kalimat
afirmatif dulu dikenal dengan istilah kalimat positif. Yang di maksud dengan
kalimat afirmatif atau kalam musbat adalah kalimat yang mengandung unsur
negasi(adawat manfiyah).adapun kalimat negatif atau kalimat manfy adalah
kalimat yang mengandung unsur negasi.dalam kalimat (201) termasuk kalimat
positif sedangkan dalam (202)termasuk kalimat negatif karena mengandung unsur
negasi.
(201)تبكى الّله غفور رحيم
(202)لا شريك له
4.
Berdasarkan sifat hubungan aktor-aksi
-
Kalimat aktif dan kalimat pasif
Kalimat
aktif dalam BA mungkin dapat di sebut kalam ma’lum adalah kalimat yang
subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor.sedangkan dalam kalimat pasif
adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau menadi
sasaran.kalimat (203) adalah kalimat aktif dan kalimat (204)adalah kalimat
pasif.
(203)حسن يشرب العصيردائما
(204)الباب يفتح من الصباح
-Kalimat
medial dan kalimat resiprokal
Kalimat
medial adalah kalimat yang subyeknya berperan sebagai penderita
sekaligus,misalnya pada (205).kalimat resiprokal adalah kalima yang subyek dan
obyeknya berbalas-balasan.misalnya pada (206).contoh-contoh sbb:
(205)انه لايفهم نفسه
(206)تجادل احمد و على
C.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SINTAKSIS BAHASA INDONESIA DAN
BAHASA ARAB
a. Persamaan
-
Dalam bahasa Indonesia, kalimat sederhana meliputi Subjek, Predikat, Objek, dan
keterangan. Contoh: kita belajar bahasa Indonesia di sekolah.
Begitu
juga kalimat sederhana dalam bahasa arab meliputi Fi’il, Fa’il, dan maf’ul bih
serta dharaf. Contoh: ذهب علي إلى السوق
-
Kalimat setara dalam bahasa Indonesia yaitu kalimat yang terdiri atas dua
struktur kalimat yang unsur pembentuknya berkedudukan sama atau setara dan
cirinya disertai dengan tanda hubung( dan , lalu, serta, dsb).
contoh:
adik membaca buku,sedangkan kakak menulis surat
Di
dalam bahasa arab pun, kalimat setara adalah kalimat yang terdiri dari dua
kalimat sederhana disertai tanda hubung (huruf ‘athaf).
Contoh:
درس خا لد بجد و نجح في الامتحان
b. Perbedaan
1.
Adanya aturan cara membaca/ mengucapkan kata di akhirnya dan adanya perubahan
bacaan yang disebabkan amil. Misalnya: رايت عمرا ,جاء
عمر
2.
Perbedaan struktur kalimat nominal dan verbal, perbedaan aturan itu akan
mempengaruhi pula dalam memahami bahasa Arab, mis ذ هب
احمد الى السوق maka arti yang menurut susunan bahasa Indonesia adalah Pergi
Ahmad ke pasar. Dan ini janggal menurut bahasa Indonesia.
3.
Perbedaan pola kalimat
-
Pola penyusunan kata tunjuk, misalnya هذا القلم جميل
berbeda dengan هذا قلم جميل
-
Pola pendahuluan obyek, misalnya السيارة سيركبها احمد
( O-P-S) pola ini asing dalam bahasa Indonesia
4.
Adanya persesuaian antara kata dalam kalimat
a.
Kesesuaian I’rab/ harokat/ bunyi kahir kata , contoh كتاب
جميل, كتابا جميلا
b.
Kesesuaian jenis kata contoh kata كتاب جميل, مدرسة
جميلة
- Kesulitan-kesulitan dalam mempelajari sintaksis bahasa arab
Dalam
tataran praktis para pemula baik orang Arab apalagi non Arab merasa kesulitan
dalam pembelajaran ilmu nahwu sharaf ini, dan khususnya ilmu nahwu yang
disebabkan karena begitu kompleknya kaidah-kaidah nahwu. Bagi pelajar Indonesia
merasakan kesulitan ini dikarenakan kaidah nahwu sangat jauh berbeda dengan
kaidah bahasa Indonesia.
Nahwu
disusun disamping untuk memudahkan orang untuk mempelajari bahasa Arab juga
dapat sebagai alat bantu agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam
penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi baik tulisan maupun lesan.
Karena terjadinya kesalahan tidak hanya berakses terhadap kesulitan
audience/orang kedua dalam memahami pesan, tetapi juga merubah makna pesan dari
yang dimaksud oleh penyampai pesan. Sehingga siapapun yang belajar atau
mengajar bahasa Arab, mutlak untuk memahami struktur sintaksis (nahwu) maupun
morfologi (shorof).
Senada
dengan itu, Ahmad Fuad Effendi menerangkan bahwa pengajaran tata bahasa (nahwu
shorof) berfungsi sebagai penunjang tercapainya kemahiran bahasa, selanjutnya
dikatakan tata bahasa bukan tujuan, melainkan sarana untuk dapat menggunakan
bahasa dengan benar dalam komunikasi.
Mayoritas
orang yang belajar nahwu merasa kesulitan dalam menguasai materi nahwu,
khususnya non Arab, hal tersebut dikarenakan materi nahwu yang cukup banyak
dengan aturan –aturan yang sangat rumit. Muhammad Abd al-Syahid Ahmad
memformulasikan beberapa kesulitan itu disebabkan karena; pertama;
banyaknya topik-topik pembahasan materi nahwu yang antara satu sama lain
memiliki perbedaan yang tipis seperti : maf’ul muthlaq, maf’ul ma’ah, maf’ul li
ajlih dan lain-lain dan kedua contoh-contoh yang dipakai dalam
menjelaskan materi adalah contoh-contoh yang tidak situasional dan jauh dari
kehidupan sehari-hari peserta didik.
Menurut
Ibnu Madha al Qurtubhi (w. 592 H), ada empat faktor penyebab sulitnya belajar
nahwu., pertama adanya teori amil ( perubahan harakat/ sakl di akhir
kata, kedua adanya teori ‘illat tsawani dan tsawalits (alasan dari
pemberian sakl) , ketiga teori qiyas ( mencari kesamaan tentang alasan
perubahan harakat pada kata) dan keempat teori al Tamarin al Muftaridhah (
kaidah-kaidah perubahan huruf dalam sebuah kata). Dr. Syauqi Dzayf dalam
kitabnya Tajdid al-Nahwi menambahkan uraian tentang beberapa kesulitan yang ada
dalam kaidah nahwu di antaranya; teori istighal, teori I’rab taqdiri dan
mahalli, teori an masdariyah muqoddaroh dan lain sebaginya dengan penjelasan
lengkap tersaji dalam sub bab usaha-usaha penyederhanaan nahwu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persamaan
dan perbedaan sintaksis kalimat dalam dua bahasa (Arab dan Indonesia)
- Persamaan
-
Dalam bahasa Indonesia, kalimat sederhana meliputi Subjek, Predikat, Objek, dan
keterangan. Contoh: kita belajar bahasa Indonesia di sekolah.
Begitu
juga kalimat sederhana dalam bahasa arab meliputi Fi’il, Fa’il, dan maf’ul bih
serta dharaf. Contoh: ذهب إلى السوق
-
Kalimat setara dalam bahasa Indonesia yaitu kalimat yang terdiri atas dua
struktur kalimat yang unsur pembentuknya berkedudukan sama atau setara dan
cirinya disertai dengan tanda hubung( dan , lalu, serta, dsb).
contoh:
adik membaca buku,sedangkan kakak menulis surat
Di
dalam bahasa arab pun, kalimat setara adalah kalimat yang terdiri dari dua
kalimat sederhana disertai tanda hubung (huruf ‘athaf).
Contoh:
درس خا لد بجد و نجح في الامتحان
- Perbedaan
1.
Adanya aturan cara membaca/ mengucapkan kata di akhirnya dan adanya perubahan
bacaan yang disebabkan amil. Misalnya: رايت عمرا ,جاء
عمر
2.
Perbedaan struktur kalimat nominal dan verbal, perbedaan aturan itu akan
mempengaruhi pula dalam memahami bahasa Arab, mis ذ هب
احمد الى السوق maka arti yang menurut susunan bahasa Indonesia adalah Pergi
Ahmad ke pasar. Dan ini janggal menurut bahasa Indonesia.
3.
Perbedaan pola kalimat
-
Pola penyusunan kata tunjuk, misalnya هذا القلم جميل
berbeda dengan قلم جميل هذا
-
Pola pendahuluan obyek, misalnya السيارة سيركبها احمد
( O-P-S) pola ini asing dalam bahasa Indonesia
4.
Adanya persesuaian antara kata dalam kalimat
a.
Kesesuaian I’rab/ harokat/ bunyi kahir kata , contoh كتاب
جميل, كتابا جميلا
b.
Kesesuaian jenis kata contoh kata كتاب جميل, مدرسة
جميلة
DAFTAR PUSTAKA
Mudlofar,
1999. Bahasa dan Satra Indonesia. Gresik: CV Gema Wacana Alief.
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Santoso,
Kusno Budi.1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Asrori,
Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misykat.
عفيف الدين دمياطي. 2010.محاضرة في فقه اللغة و علومها. سورابايا.
الخولي، محمد على. 1993.علم اللغة. الأردن: دار
الفلاح للنشر و التوزيع.
Subscribe to:
Posts (Atom)