Friday, November 7, 2014

FUNGSI DAN KEDUDUKAN AL-QUR’AN



FUNGSI DAN KEDUDUKAN
AL-QUR’AN

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen : DR.




 









Oleh :
1.      Idah Kosidah
2        Neli Fauziah


Fakultas / Jurusan / Semester : Tarbiyah / PBI-D / II


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2011
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. karena berkat innayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ulumul Qur’an.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar makalah yang akan datang lebih baik dari makalah sebelumnya.
            Dalam penyusun makalah ini kami menemukan berbagai hambatan, terutama dalam pengumpulan data. Kami ingin mengucapkan terim ksih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini.
            Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.




Cirebon,  Juni 2011












BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Beberapa definisi Al-Qur’an telah dikemukakan oleh beberapa ulama dari berbagai keahlian dalam bidang bahasa, Ilmu Kalam, Usul Fiqh dan sebagainya. Definisi-definisi itu tentu sudah berbeda antara satu dengan yang lainnya, dikarenakan penekanannya berbeda-beda disebabkan perbedaan dalam keahlian mereka.
Hal itu menyebabkan Al-Qur’an belum difungsikan secara menyeluruh dan utuh. Sebagian masyarakat memahami al-Qur’an sebagai obat (syifa) saja, maka mereka memfungsikannya hanya sebatas sebagai penyembuh. Sehingga, Al-Qur’an baru dekat dengan orang-orang yang sakit, sekarat atau sudah meninggal. Padahal al-Qur’an sebenarnya lebih dibutuhkan oleh orang-orang yang sehat. Sebagian yang lain hanya memahami al-Qur’an sebagai kitab bacaan yang pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas ini mendorong masyarakat merasa puas setelah hanya membaca al-Qur’an.  Pemungsian al-Qur’an oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (tashawur) dan persepsi mereka terhadap al-Qur’an itu sendiri. Hal inilah yang membuat pengenalan terhadap al-Qur’an menjadi sangat penting.
1.2    Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah, kami mencoba mengangkat permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1.      Pengertian Al-Qur’an
2.      Fungsi Al-Qur’an
3.      Kedudukan Al-Qur’an
1.3    Tujuan Penulisan
Tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara teoritis kepada pembaca khususnya bagi calon pengajar agar mengetahui apa itu Pengertian, Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qur’an
Al-quran adalah kalam allah swt yang diturunkan kepeda Rasul dan penutup para Nabi Muhammad SAW, diawalai dengan surat Al-Fatihah dan diakhihri dengan surat An-Naas.
Allah swt berfirman, yang artinya:
 “sesungguhnya kami telah manurunkan al-quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur” . (al-insaan :23).
Dan firmannya, yang artinya:
“sesungguhnya kammi menurunkannya berupa al-quran dengan berbahasa arab, agar kamu memahaminya”. (yusuf :2)
Para ulama tafsir al-Qur’an dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Qur’an merupakan bentuk mashdar dari kata qoro’a – yaqro’uu – qiroo’atan – wa qor’an – wa qur’aanan.  Kata qoro’a  berarti menghimpun dan menyatukan; al-Qur’an pada hakikatnya merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Qur’an. Di samping itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur’an dengan akar kata qoro’a, bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi “al-Qur’an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”
Makna al-Qur’an secara ishtilaahi, al-Qur’an itu adalah “Firman Allah SWT yang menjadi mu’jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar” Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting:
a.       Al-Qur’an adalah firman Allah SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur’an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.
b.      Al-Qur’an adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Qur’an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c.       Al-Qur’an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur’an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur’an, maka al-Qur’an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika al-Qur’an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab:  Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur’an.
d.      Al-Qur’an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur’an dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Qur’an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur’an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur’an. (QS 15:9).
e.       Membaca al-Qur’an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist).
Ali bin Abi Thalib berkata: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan terjadi fitnah  (kekacauan, bencana)”  Bagaimana jalan keluar dari fitnah dan kekacauan itu Hai Rasulullah? Rasul menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelum kamu, dan berita umat sesudah kamu (yang akan datang), merupakan hukum diantaramu, demikian tegas, barang siapa yang meninggalkan al-Qur’an dengan sengaja Allah akan membinasakannya, dan barang siapa yang mencari petunjuk pada selainnya Allah akan menyesatkannya, Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas, peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Qur’an hawa nafsu tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah, pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan kenyang dengan al-Qur’an, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya, al-Qur’an tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan habis, ketika jin mendengarnya mereke berkomentar ‘Sungguh kami mendengarkan al-Qur’an yang menakjubkan’, barang siapa yang mengetahui ilmunya dia akan sampai dengan cepat ke tempat tujuan, barang siapa berbicara dengan landasannya selalu benar, barang siapa berhukum dengannya hukumnya adil, barang siapa yang mengamalkan al-Qur’an dia akan mendapatkan pahala, barang siapa yang mengajak kepada al-Qur’an dia diberikan petunjuk ke jalan yang lurus” (HR Tirmidzi dari Ali r.a.)
                
2.2 Fungsi Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.      Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
2.      Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.      Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
4.      Sebagai Obat
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra' (17): 82).




2.3 Kedudukan Al-Qur’an
Seperti telah kita ketahui bahwa apapun yang di kerjakan, di perintah maupun yang dilarang Allah pasti memiliki maksud dan tujuan. Begitu pula ketika Allah menurunkan Al-qur’an. Al-Qur’an diturunkan sebagai :
1.      Kitab Berita dan khabar
Sebagai kitab berita dan khabar Al-Qur’an banyak berbicara tentang orang-orang terdahulu, baik yang shalih maupun yang thalih. Al-Qur’an berbicara tentang perjuangan para Nabi dan pertolongan Allah atas mereka, agar umat ini mau mengikuti perjuangan mereka. Dan juga menceritakan tentang orang-orang durhaka dan akibat buruk dari kedurhakan mereka.
Al-qur’an bercerita tentang fir’aun dan akibat kekufurannya yaitu di binasakan dan di tenggelamkan di laut merah beserta bala tentaranya. Al-Qur’an juga bercerita tentang Qarun dan Kebakhilannya hingga Allah tenggelamkan diri dan hartanya kedalam bumi, dan masih banyak contoh lainnya.

2.      Kitab Hukum dan Perundang-undangan
Sebagai pedoman hidup manusia, Al-Qur’an, memuat hukum-hukum dan undang-undang untuk di taati.
Baik hukum amaliah seperti :
a.      Hukum Ibadah
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan Rabbnya (hablum minallah, baik ibadah mahdhoh (ibadah yang disyari’atkan dan telah ditetapkan tata caranya oleh Nabi seperti shalat, puasa, haji, dll.) maupun ibadah ghoiru mahdhoh (ibadah secara umum).
b.      Hukum Mu’amalat
yaitu hukum dan perundang-undangan yang mengatur hubungan antara manusia denngan manusia lainnya (hablum minannas), Hukum mualamat terbagi kepada :
o   Hukum Ahwal Syaksiyah
       Yaitu hukum yang sangat terkait erat dengan pribadi setiap individu muslim sejak di lahirkan hingga wafatnya, seperti nikah, thalaq dll.
o   Hukum Mu’amalah madaniyah
Yaitu hukum-hukum jual beli, sewa menyewa dll.
o   Hukum acara
o   Hukum Internasional
o   Hukum Ekonomi/keuangan negara
c.       Hukum Hudud & Jinayah (pidana)
Yaitu hukum yang di syari’atkan dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan kehormatan.

3.      Kitab Jihad
Secara bahasa jihad artinya bersungguh-sungguh. Sedangkan dalam pengertian syari’at Islam jihad adalah bersungguh-sungguh dalam menegakan kalimat-kalimat Allah dan menghilangkan fitnah terhadap kaummuslimin. Jihad adalah puncak amal islami seorang muslim, setiap muslim memiliki kewajiban untuk berjihad.
Said Hawa dalam bukunya Al-Islam, mengklasifikasi jihad menjadi beberapa macam, yaitu :
a.      Jihad Nafsi /jihad Qital (perang)
Jihad nafsi (jiwa) atau jihad qital (perang) adalah bersungguh-sungguh dalam menegakan kalimat Allah di muka bumi dengan pertaruhan nyawa. Jihad jenis inilah yang nilai pahalanya paling tinggi disisi Allah, karena siapapun yang gugur akan mendapat gelar syahid, gelarnya para penghuni syurga tertinggi. Syahid pula yang menjadi cita-cita tertinggi kaum muslimin dalam berjihad. Para syuhada adalah mereka yang tetap hidup walau jasadnya sudah berkalang tanah.

b.      Jihad Lisani
Yaitu menegakan agama Allah dengan nasehat-nasehat yang baik. Rasulullah SAW. bersabda
الدين النصيحة
Artinya “ Agama itu adalah nasihat”
c.       Jihad Maal
Yaitu berjihad dengan cara menginfaqan harta demi kemenangan jihad. Hal ini pernah di lakukan oleh para sahabat mulia, Abu Bakar, Utsman, Abdur Rahman bin Auf, yang menginfakkan begitu banyak hartanya untuk memenangkan jihad (perang) di jalan Allah.
d.      Jihad dengan kekuasaan
Jihad dengan kekuasaan/kekuatan sangat mungkin di lakukan oleh mereka yang memiliki otoritas/kekuasaan dalam msyarakat. Seorang ayah wajib berjihad untuk mengislamikan keluarganya, karena ia adalah pemimpin di keluarga. Dan seorang presiden harusnya bertanggung jawa terhadap baik-buruk rakyatnya.
Rasulullah SAW. bersabda : “ Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya”.
e.       Jihad siyasi (politik)
Jihad siyasi adalah jihad yang mungkin dilakukan oleh para anggota dewan baik DPRD maupaun DPR. Jihad yang mereka lakukan adalah membuat undang-undang yang sejalan dengan hukum Allah SWT. Undang-undang yang memudahkan umat Islam melakukan kegiatan-kegiatan keislaman tanpa adanya rasa takut karena intimidasi, terror dan lainnya.
f.       Jihad Tarbawi (pendidikan)
Jihad tarbawi adalah jihad yang diakukan dengan pendidikan dan da’wah islam.



4.      Kitab Tarbiyah
Tarbiyah artinya pendidikan, dan manusia adalah makhluk “paedogogis” yaitu makhluk yang bisa dididik dan bisa mendidik. Dan pendidikan yang benar adalah pendidikan yang dijalankan Rasulullah yang berpedoman pada Al-Qur’an.

5.      Kitab pedoman hidup
Sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada manusia diturunkalah Al-Qur’an sebagai pedoman dan peta untuk perjalanan hidupnya di dunia, jika ia mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an maka ia tak akan pernah tersesat.
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
عن عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
           Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi
pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ
أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ( رواه البخاري)
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
        Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
         Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

6.      Kitab Ilmu Pengetahuan
            Begitu banyak ayat Al-Qur;an yang berbicara tentang ilmu pengetahuan. Bahkan wahyu pertama yang turun di Gua Hiro pada tahun 610 M adalah ayat ilmu pengetahuan, di awali dengan kata kerja perintah              “Bacalah”dan membaca adalah kunci ilmu. Dalam ayat-ayat yang lain Allah menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan modern yang baru dapat dibuktikan oleh manusia 1 milenium (1000 tahun) berikutnya.


















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fungsi Al-Quran meliputi:
1.      Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya  yang pernah diturunkan allah swt
2.      Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.      Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperdelisihkan oleh umat terdahulu
4.      Sebagai obat
Kedudukan Al-Qur’an meliputi:
1.      Sebagai berita dan kabar
2.      Sebagai kitab hukum syariah
3.      Kitabul jihad ,Qs.al-ankabut (29):69
4.      Kitabul tarbiyah Qs. Al-imran (3):79
5.      Minhajul hayah (peffoman hidup)













DAFTAR PUSTAKA

Rummi. Muhammad. 1997. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi.
Departemen Agama Respublik Indonesia. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Surabaya: Toha Putra.

No comments:

Post a Comment