Friday, November 7, 2014

FUNGSI DAN KEDUDUKAN AL-QUR’AN



FUNGSI DAN KEDUDUKAN
AL-QUR’AN

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen : DR.




 









Oleh :
1.      Idah Kosidah
2        Neli Fauziah


Fakultas / Jurusan / Semester : Tarbiyah / PBI-D / II


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2011
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. karena berkat innayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ulumul Qur’an.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar makalah yang akan datang lebih baik dari makalah sebelumnya.
            Dalam penyusun makalah ini kami menemukan berbagai hambatan, terutama dalam pengumpulan data. Kami ingin mengucapkan terim ksih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini.
            Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.




Cirebon,  Juni 2011












BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Beberapa definisi Al-Qur’an telah dikemukakan oleh beberapa ulama dari berbagai keahlian dalam bidang bahasa, Ilmu Kalam, Usul Fiqh dan sebagainya. Definisi-definisi itu tentu sudah berbeda antara satu dengan yang lainnya, dikarenakan penekanannya berbeda-beda disebabkan perbedaan dalam keahlian mereka.
Hal itu menyebabkan Al-Qur’an belum difungsikan secara menyeluruh dan utuh. Sebagian masyarakat memahami al-Qur’an sebagai obat (syifa) saja, maka mereka memfungsikannya hanya sebatas sebagai penyembuh. Sehingga, Al-Qur’an baru dekat dengan orang-orang yang sakit, sekarat atau sudah meninggal. Padahal al-Qur’an sebenarnya lebih dibutuhkan oleh orang-orang yang sehat. Sebagian yang lain hanya memahami al-Qur’an sebagai kitab bacaan yang pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas ini mendorong masyarakat merasa puas setelah hanya membaca al-Qur’an.  Pemungsian al-Qur’an oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (tashawur) dan persepsi mereka terhadap al-Qur’an itu sendiri. Hal inilah yang membuat pengenalan terhadap al-Qur’an menjadi sangat penting.
1.2    Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah, kami mencoba mengangkat permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1.      Pengertian Al-Qur’an
2.      Fungsi Al-Qur’an
3.      Kedudukan Al-Qur’an
1.3    Tujuan Penulisan
Tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara teoritis kepada pembaca khususnya bagi calon pengajar agar mengetahui apa itu Pengertian, Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qur’an
Al-quran adalah kalam allah swt yang diturunkan kepeda Rasul dan penutup para Nabi Muhammad SAW, diawalai dengan surat Al-Fatihah dan diakhihri dengan surat An-Naas.
Allah swt berfirman, yang artinya:
 “sesungguhnya kami telah manurunkan al-quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur” . (al-insaan :23).
Dan firmannya, yang artinya:
“sesungguhnya kammi menurunkannya berupa al-quran dengan berbahasa arab, agar kamu memahaminya”. (yusuf :2)
Para ulama tafsir al-Qur’an dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Qur’an merupakan bentuk mashdar dari kata qoro’a – yaqro’uu – qiroo’atan – wa qor’an – wa qur’aanan.  Kata qoro’a  berarti menghimpun dan menyatukan; al-Qur’an pada hakikatnya merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Qur’an. Di samping itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur’an dengan akar kata qoro’a, bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi “al-Qur’an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”
Makna al-Qur’an secara ishtilaahi, al-Qur’an itu adalah “Firman Allah SWT yang menjadi mu’jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar” Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting:
a.       Al-Qur’an adalah firman Allah SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur’an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.
b.      Al-Qur’an adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Qur’an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c.       Al-Qur’an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur’an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur’an, maka al-Qur’an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika al-Qur’an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab:  Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur’an.
d.      Al-Qur’an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur’an dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Qur’an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur’an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur’an. (QS 15:9).
e.       Membaca al-Qur’an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist).
Ali bin Abi Thalib berkata: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan terjadi fitnah  (kekacauan, bencana)”  Bagaimana jalan keluar dari fitnah dan kekacauan itu Hai Rasulullah? Rasul menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelum kamu, dan berita umat sesudah kamu (yang akan datang), merupakan hukum diantaramu, demikian tegas, barang siapa yang meninggalkan al-Qur’an dengan sengaja Allah akan membinasakannya, dan barang siapa yang mencari petunjuk pada selainnya Allah akan menyesatkannya, Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas, peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Qur’an hawa nafsu tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah, pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan kenyang dengan al-Qur’an, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya, al-Qur’an tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan habis, ketika jin mendengarnya mereke berkomentar ‘Sungguh kami mendengarkan al-Qur’an yang menakjubkan’, barang siapa yang mengetahui ilmunya dia akan sampai dengan cepat ke tempat tujuan, barang siapa berbicara dengan landasannya selalu benar, barang siapa berhukum dengannya hukumnya adil, barang siapa yang mengamalkan al-Qur’an dia akan mendapatkan pahala, barang siapa yang mengajak kepada al-Qur’an dia diberikan petunjuk ke jalan yang lurus” (HR Tirmidzi dari Ali r.a.)
                
2.2 Fungsi Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.      Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
2.      Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.      Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
4.      Sebagai Obat
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra' (17): 82).




2.3 Kedudukan Al-Qur’an
Seperti telah kita ketahui bahwa apapun yang di kerjakan, di perintah maupun yang dilarang Allah pasti memiliki maksud dan tujuan. Begitu pula ketika Allah menurunkan Al-qur’an. Al-Qur’an diturunkan sebagai :
1.      Kitab Berita dan khabar
Sebagai kitab berita dan khabar Al-Qur’an banyak berbicara tentang orang-orang terdahulu, baik yang shalih maupun yang thalih. Al-Qur’an berbicara tentang perjuangan para Nabi dan pertolongan Allah atas mereka, agar umat ini mau mengikuti perjuangan mereka. Dan juga menceritakan tentang orang-orang durhaka dan akibat buruk dari kedurhakan mereka.
Al-qur’an bercerita tentang fir’aun dan akibat kekufurannya yaitu di binasakan dan di tenggelamkan di laut merah beserta bala tentaranya. Al-Qur’an juga bercerita tentang Qarun dan Kebakhilannya hingga Allah tenggelamkan diri dan hartanya kedalam bumi, dan masih banyak contoh lainnya.

2.      Kitab Hukum dan Perundang-undangan
Sebagai pedoman hidup manusia, Al-Qur’an, memuat hukum-hukum dan undang-undang untuk di taati.
Baik hukum amaliah seperti :
a.      Hukum Ibadah
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan Rabbnya (hablum minallah, baik ibadah mahdhoh (ibadah yang disyari’atkan dan telah ditetapkan tata caranya oleh Nabi seperti shalat, puasa, haji, dll.) maupun ibadah ghoiru mahdhoh (ibadah secara umum).
b.      Hukum Mu’amalat
yaitu hukum dan perundang-undangan yang mengatur hubungan antara manusia denngan manusia lainnya (hablum minannas), Hukum mualamat terbagi kepada :
o   Hukum Ahwal Syaksiyah
       Yaitu hukum yang sangat terkait erat dengan pribadi setiap individu muslim sejak di lahirkan hingga wafatnya, seperti nikah, thalaq dll.
o   Hukum Mu’amalah madaniyah
Yaitu hukum-hukum jual beli, sewa menyewa dll.
o   Hukum acara
o   Hukum Internasional
o   Hukum Ekonomi/keuangan negara
c.       Hukum Hudud & Jinayah (pidana)
Yaitu hukum yang di syari’atkan dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan kehormatan.

3.      Kitab Jihad
Secara bahasa jihad artinya bersungguh-sungguh. Sedangkan dalam pengertian syari’at Islam jihad adalah bersungguh-sungguh dalam menegakan kalimat-kalimat Allah dan menghilangkan fitnah terhadap kaummuslimin. Jihad adalah puncak amal islami seorang muslim, setiap muslim memiliki kewajiban untuk berjihad.
Said Hawa dalam bukunya Al-Islam, mengklasifikasi jihad menjadi beberapa macam, yaitu :
a.      Jihad Nafsi /jihad Qital (perang)
Jihad nafsi (jiwa) atau jihad qital (perang) adalah bersungguh-sungguh dalam menegakan kalimat Allah di muka bumi dengan pertaruhan nyawa. Jihad jenis inilah yang nilai pahalanya paling tinggi disisi Allah, karena siapapun yang gugur akan mendapat gelar syahid, gelarnya para penghuni syurga tertinggi. Syahid pula yang menjadi cita-cita tertinggi kaum muslimin dalam berjihad. Para syuhada adalah mereka yang tetap hidup walau jasadnya sudah berkalang tanah.

b.      Jihad Lisani
Yaitu menegakan agama Allah dengan nasehat-nasehat yang baik. Rasulullah SAW. bersabda
الدين النصيحة
Artinya “ Agama itu adalah nasihat”
c.       Jihad Maal
Yaitu berjihad dengan cara menginfaqan harta demi kemenangan jihad. Hal ini pernah di lakukan oleh para sahabat mulia, Abu Bakar, Utsman, Abdur Rahman bin Auf, yang menginfakkan begitu banyak hartanya untuk memenangkan jihad (perang) di jalan Allah.
d.      Jihad dengan kekuasaan
Jihad dengan kekuasaan/kekuatan sangat mungkin di lakukan oleh mereka yang memiliki otoritas/kekuasaan dalam msyarakat. Seorang ayah wajib berjihad untuk mengislamikan keluarganya, karena ia adalah pemimpin di keluarga. Dan seorang presiden harusnya bertanggung jawa terhadap baik-buruk rakyatnya.
Rasulullah SAW. bersabda : “ Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya”.
e.       Jihad siyasi (politik)
Jihad siyasi adalah jihad yang mungkin dilakukan oleh para anggota dewan baik DPRD maupaun DPR. Jihad yang mereka lakukan adalah membuat undang-undang yang sejalan dengan hukum Allah SWT. Undang-undang yang memudahkan umat Islam melakukan kegiatan-kegiatan keislaman tanpa adanya rasa takut karena intimidasi, terror dan lainnya.
f.       Jihad Tarbawi (pendidikan)
Jihad tarbawi adalah jihad yang diakukan dengan pendidikan dan da’wah islam.



4.      Kitab Tarbiyah
Tarbiyah artinya pendidikan, dan manusia adalah makhluk “paedogogis” yaitu makhluk yang bisa dididik dan bisa mendidik. Dan pendidikan yang benar adalah pendidikan yang dijalankan Rasulullah yang berpedoman pada Al-Qur’an.

5.      Kitab pedoman hidup
Sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada manusia diturunkalah Al-Qur’an sebagai pedoman dan peta untuk perjalanan hidupnya di dunia, jika ia mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an maka ia tak akan pernah tersesat.
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
عن عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
           Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi
pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ
أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ( رواه البخاري)
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
        Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
         Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

6.      Kitab Ilmu Pengetahuan
            Begitu banyak ayat Al-Qur;an yang berbicara tentang ilmu pengetahuan. Bahkan wahyu pertama yang turun di Gua Hiro pada tahun 610 M adalah ayat ilmu pengetahuan, di awali dengan kata kerja perintah              “Bacalah”dan membaca adalah kunci ilmu. Dalam ayat-ayat yang lain Allah menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan modern yang baru dapat dibuktikan oleh manusia 1 milenium (1000 tahun) berikutnya.


















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fungsi Al-Quran meliputi:
1.      Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya  yang pernah diturunkan allah swt
2.      Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.      Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperdelisihkan oleh umat terdahulu
4.      Sebagai obat
Kedudukan Al-Qur’an meliputi:
1.      Sebagai berita dan kabar
2.      Sebagai kitab hukum syariah
3.      Kitabul jihad ,Qs.al-ankabut (29):69
4.      Kitabul tarbiyah Qs. Al-imran (3):79
5.      Minhajul hayah (peffoman hidup)













DAFTAR PUSTAKA

Rummi. Muhammad. 1997. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi.
Departemen Agama Respublik Indonesia. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Surabaya: Toha Putra.

Sunday, October 26, 2014

Taqobul Lughoh



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar  Belakang
Sintaksis yang disebut juga ilmu tata kalimat, berasal dari bahasa belanda syntaxis. Secara tradisional, dalam tataran linguistic sintaksis berada pada tataran yang sama dengan morfologi. Beda morfologi dan sintaksis, morfologi menyangkaut struktur gramatika di dalam kata, satuan terkecilnya morfem. Sedangkan sintaksis berbicara tentang hubungan diantara kata-kata dalam kalimat, satuan terkecilnya adalah frase. Selain frase, sintaksis berbicara tentang klausa dan kalimat.
Frase merupakan kesatuan bahasa yang lebih besar dari kata, karena frase terdiri atas dua atau lebih kata yang mempunyai makna baru. Contoh: rumah saya, masing-masing kata tersebut  mempunyai makna. Setelah bergabung (frase) mempunyai makna baru yaitu
“ rumah milik saya”.
Klausa adalah kesatuan bahasa yang terdiri atas dua bagian yang berfungsi sebagai subjek dan predikat. Bedanya dengan kalimat, klausa belum mempunyai intonasi dan tanda baca.
Kalimat merupakan satuan bahasa yang lengkap sebab kalimat dapat berdiri sendiri dan dapat dipahami sebab kalimat mempunyai maksud tertentu.
“saya lapar”, apabila seseorang mengucapkan kalimat itu, pendengar akan mengerti apa yang dimaksud pembicara.




BAB II
PERBANDINGAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB DARI SEGI SINTAKSIS
A.    SINTAKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat (Achmad, 1996/1997). Di samping uraian tersebut, banyak pakar memberikan definisi mengenai sintaksis ini. Ramlan (1996:21) mengatakan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Verhaar (1996:161) dan Suparman (1985:1) mendefinisikan sintaksis sebagai cabang tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Ada juga yang berpendapat bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat (Stryker, 1969). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah studi tentang hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain. Hubungan antara kata yang satu dan kata yang lain akan membentuk frase, klausa, dan kalimat.
1.      Medan Telaah Sintaksis
Berdasarkan pengertian sintaksis di atas, jelas bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu, (2) satuan-satuan sintaksis berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana; dan (3) hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya.
Satuan wacana terdiri dari unsur-unsur yang berupa kalimat, satuan kalimat terdiri dari unsur yang berupa klausa, satuan klausa terdiri dari unsur yang berupa frase, dan frase terdiri dari unsur yang berupa kata. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur suatu satuan serta hubungan antara unsur-unsur itu dalam suatu satuan, baik hubungan fungsional maupun hubungan maknawi.
a)      Frase
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Frase merupakan kelompok kata yang menduduki fungsi tertentu dalam kalimat.
Contoh: rumah ayah, gunung tinggi, rumah makan, gulung tikar, pergi haji, dan sebagainya.
Dilihat dari unsur pembentuknya ada beberapa macam frase:
  • Frase biasa
Frase biasa adalah frase yang maknanya tercermin dari unsur-unsur pembentuknya.
Misalnya:
Orang tua        bermakna orang yang tua
  • Frase idiomatik
Frase idiomatik adalah frase yang terdiri atas unsur idiom atau ungkapan. Karena berupa idiom atau ungkapan maka maknanya tidak dapat dilihat (diambil) dari unsur-unsur pembentuknya. Maknanya sudah baku sebagai makna idiom itu.
Misalnya:
Orang tua        bermakna ibu bapak
  • Frase bertingkat (frase subordinatif)
Frase bertingkat (subordinatif) ialah frase yang unsur-unsurnya tidak berhubungan secara sejajar karena unsure yang satu menjadi keterangan (bagian) unsur lainnya.
Misalnya:
Orang dalam               pegawai negeri            biru laut
Amat kuat                    rumah ibu                    bahasa Indonesia
  • Frase endosentrik
Frase endosentrik ialah frase yang kedua unsurnya menjadi inti atau pokok (sama pentingnya dalam distribusinya). Misalnya:
-          Buah duku muda jatuh ke tanah
Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
  1. Frase Nominal
  2. Frase Verbal
  3. Frase Bilangan
  4. Frase Keterangan
  5. Frase Depan
Frase Nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
Contoh:
  1. baju baru
  2. mahasiswa baru
  3. kapal terbang itu
Frase Verbal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal
contoh :
  1. akan pergi
  2. sudah datang
  3. makan dan minum 
Frase Bilangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan
Contoh :
  1. tiga ekor
  2. lima botol
  3. tiga puluh kilogram
Frase Keterangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan
Contoh :
  1. kemarin pagi
  2. tadi pagi
  3. sekarang ini
Frase Depan (preposisional) adalah frase yang terdiri dari kata depan
Contoh :
  1. ke Jakarta
  2. dari desa
  3. kepada teman sejawat
b)     Klausa
Klausa ialah kesatuan gramatikal yang berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subyek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.
Contoh:
    1. Saya menyanyikan sebuah lagu
    2. Ia sudah bangun
    3. Anak itu menangis
Macam-macam klausa
1)      Klausa lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang terdiri atas unsur S (subjek) dan P (predikat).
Contoh: – rumahnya sangat besar        – bajunya baru
S                    P                         S        P
2)      Klausa tak lengkap
Klausa tak lengkap ialah klausa yang unsur pembentuknya terdiri atas S (subjek) saja atau P (predikat). Klausa seperti itu dapat terjadi sebagai akibat penggabungan klausa atau merupakan jawaban atas suatu pertanyaan.
Contoh: – senang bergurau,                 – membaca komik
P                                                  P
3)      Klausa positif
Klausa positif ialah klausa yang secara gramatik tidak menegatifkan unsur P (predikat). Klausa ini ditandai dengan tidak digunakannya kata-kata negative; tidak, tak, bukan, tiada, belum, dan jangan.
Contoh: matanya terlihat berbinar-binar
Ia sahabat saya
Mereka punya perasaan lain

4)      Klausa negatif
Klausa negatif adalah klausa yang secara gramatik mengandung makna menegatifkan unsur P (predikat). Klausa ini ditandai dengan adanya kata-kata negatif; tak, tidak, bukan tiada, belum, dan jangan.
Contoh: ia tidak langsung pergi
5)      Klausa nominal
Klausa nominal ialah Klausa yang P (predikat)-nya terdiri atas kata N (nominal) atau frase golongan N (nominal).
Contoh: ia guru           yang dilihatnya itu film           ibunya seorang pedagang
6)      Klausa verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P (predikat)-nya terdiri atas kata V (verbal) atau frase golongan V (verbal).
Contoh: penyanyi itu membawakan lagu rindu
pedagang menawarkan barang
7)      Klausa bilangan
Klausa bilangan ialah klausa yang P (predikat)-nya terdiri atas kata bilangan atau frase golongan bilangan (frase numeral).
Contoh: kaki kursi itu empat               kendaraan itu beroda dua
8)      Klausa depan
Klausa depan ialah klausa yang P (predikat)-nya terdiri atas frase depan, yaitu frase yang diawali dengan kata depan (frase preposisional).
Contoh: petugas itu dari luar jawa      beras itu di dapur
  1. Kalimat
Kalimat adalah rangkaian frase berstruktur minimal S dan P yang mengandung satu pengertian yang lengkap dan ditandai dengan intonasi telah selesai.
Contoh: penerbit itu mengerjakan segala urusan perbukuan.
-          Ciri-ciri kalimat
1)      Minimal memiliki subyek dan predikat (S + P)
2)      Penulisannya diawali dengan huruf kapital (huruf besar)
3)      Diakhiri dengan tanda baca/tanda berhenti kalimat (tanda titik, tanda Tanya, atau tanda seru)
4)      Mempunyai maksud atau pengertian yang lengkap.
5)      Unsur-unsurnya; S (subjek), P (predikat), O (objek), Pel (pelengkap), dan K (keterangan)
-          Macam-macam kalimat
·         Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek (S) dan satu predikat (P). Namun, struktur kalimat tunggal dapat berupa:
(S) + (P) + (O) + (Pel.) +  (K).
Contoh: ayah pergi,     adik menangis
S       P           S         P

·         Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua struktur kalimat atau dua subjek (S) dan dua predikat (P). namun, struktur kalimat majemuk dapat berupa :
2 (S) +2 (P) + (O) + (Pel.) +  (K).
Contoh: adik membaca sedangkan adik menulis
S          P                            S       P
\- macam-macam kalimat majemuk
v  Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang unsure-unsur pembentuknya berkedudukan sama atau setara. Cirri-cirinya disertai dengan tanda hubung koma (,) dan, lalu, serta, dan sebagainya.
Contoh: adik membaca buku, kakak menulis surat
S          P          O        S          P         O
v  Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat majemuk yang unsure-unsur pembentuknya berkedudukan tidak sama/bertingkat/tidak setara, unsure yang satu menjadi bagian unsure yang lainnya. Dengan kata lain kalimat majemuk bertingkat terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh: saya makan, ketika ayah sedang tidur
S       P                   S                    P
K
Keterangan :
Saya makan                             induk kalimat
Ketika ayah sedang tidur        anak kalimat
Ketika                                     kata penghubung
v  Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh: adek berjanji akan datang, ia membawa oleh-oleh
S         P               Pel        S        P              O
Jika hujan tidak turun
S              P
B.     SINTAKSIS DALAM BAHASA ARAB (ILMU NAHWU)
-          Pengertian Frasa
Berikut ini dikumukakan batasan tentang frasa dari berbagai sumber.
  1. Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melebihi batas fungsi.
  2. Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa.
  3. Frasa atau tarkib adalah gabungan unsure yang saling terkait dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat, atau suatu bentuk yang secara sintaksis sama dengan satu kata tunggal, dalam arti gabungan kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja.
  4. Frasa atau ‘ibarah adalah konstruksi kebahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih, hubungan antar kata dalam konstruksi itu tidak predikatif, dan dapat diganti dengan satu kata saja.
Contoh: قميص علي
-          Jenis frasa
Berdasarkan tipe strukturnya
    1. Frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan salah satu atau semua unsurnya. Misalnya frasa الطالب الماهر ‘siswa pintar’ pada klausa الطالب الماهر ناجح ‘siswa pintar itu lulus’, mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya , yaitu الطالب
    2. Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan salah satu unsurnya. Frasa في المكتب  ‘di kantor’ pada konstruksi الأستاذ يقرأ في  المكتب ‘Bapak guru membaca di kantor’ danأمام المدرسة  ‘di depan sekolah’ pada konstruksiالاولاد يلعبون أمام المدرسة  ‘anak-anak bermain di depan sekolah’ tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-unsurnya.
Berdasarkan unsur pembentuknya
    1.  Frasa na’ty adalah frasa yang dibentuk oleh nomina sebagai unsure pusat diikuti ajektif sebagai na’at atau atribut, misalnya frase ألوان زيتية .
Frasa ألوان زيتية  berunsurkan nomina  ألوانsebagai UP dan ajektiva زيتية sebagai na’at (Atr)
Konstruksi frasa na’ty mempersyaratkan kesesuaian (muthabaqah).
    1. Frase athfy (koordinatif) adalah frasa yang berunsurkan nomina diikuti nomina atau verba diikuti verba, atau ajektiva diikuti ajektiva,
misalnya: عثمان يحب اللغة والحساب
Unsure-unsur pada frasa athfy dapat dihubungkan atau memang dihubungkan dengan huruf athaf (kata penghubung atau koordinat)
    1. Frasa badaly (apositif) adalah frasa yang juga terdiri atas N diikuti N. Ada beberapa hal yang membedakan frasa badaly dari frasa na’ty dan athfy. 1. Secara semantic N1 sama dengan N2. Karenanya keduanya dapat saling menggantikan. 2. Kedua N tidak dapat dirangkai dengan huruf athaf.
Misalnya: تستقبل اللجنة وزير الدينية سعيد عاقل منوّر
    1. Frasa zharfy (adverbia)adalah frasa yang berunsurkan zharaf (adverbia) diikuti Adv. Misalnya:جاء أبي صباح أمس من جاكرتا
    2. Frasa syibhul jumlah (preposisional) adalah frasa yang berunsurkan preposisi (harf jar atau zharf) sebagai penanda diikuti N sebagai petanda.
Misalnya:أشتري القلم من المقصف
    1. Frasa manfy (negasional) adalah frasa yang terdiri atas penegasi (adatu-n nafyi) diikuti verba (V) atau N. beberapa penegasi yang ditemukan atau banyak muncul adalahلن، لم، ما، ليس، لا  .Penegasi لن، لم  dan  ماditemukan hanya diikuti V. adapun penegasi lainnya dapat diikuti N ataupun V. misalnya:أنا لا أعرف الجواب
    2. Frasa syarty (syarat) adalah frasa yang berunsurkan penanda syarat sebagaiArt diikuti V sebagai UP. Dalam  Al- Arabiyah Li-n Nasyi’in ditemukan sejumlah penanda syarat yaitu كلما، إن، لما، لو، عندما، من، أذا , dan مهما .
Misalnya: إذا جاء نصرالله
    1. Frasa tanfis adalah frasa yang tersusun dari V sebagai UP didahului penanda waktu tanfis  سـdanسوف . Meskipun istilah tanfis lazimnya hanya mencakup dua penanda waktu tersebut, pada buku ini penandaكي، لـ، قد، حتى،  dimasukkan sebagai penanda tanfis juga. Misalnya:سازورك هذاليوم
    2. Frasa tawqitat adalah frasa yang berunsurkan verba bantu dan yang sejenis (tidak termasuk ليس ) baik diikuti verba maupun non verba, secara singkat dapat ditulis V bantu + V/non-V. Penanda tawqitat itu antara lain berupa ما زال، أمسى، ظلّ، صار، كان .Penanda tawqitat tersebut merupakan verba bantu yang mengandung makna waktu. Sebagai verba bantu, jelas ia bukanlah UP dalam frasa, melainkan Atr. Misalnya:أمسى القائد مسليما
    3. Frasa idhafy adalah frasa yang berunsurkan N+N. Dalam hal ini N pertama merupakan UP sedangkan N kedua sebagai Atr. Frasa idhafy berbeda dari farsa koordinatif. Di dalam frasa koordinatif, kedua N sama-sama sebagai UP. Perhatikan dua contoh frasa idhafy sebgai berikut:ما عنوانك؟
    4. Frasa adady (numerial) adalah frasa yang berunsurkan bilangan (adad) diikuti N. dalam hal ini numerial tersebut merupakan UP. Misalnya:أحضرت ثلاث صور
    5. Frasa nida’iy adalah frasa yang terdiri atas kata seru (nida’) sebagai Atr dan N sebagai UP. Kedua unsure tersebut dalam BA disebut nida’ dan munada. Penanda seruan (nida’) bisa berupaيا،أيها . Misalnya:ما هذا يا أستاذ؟
    6. Frasa isyary adalah farsa yang berunsurkan N dan UP didahului penunjuk sebagai Atr. Misalnya: ذلك الحذأ لي
    7. Frasa tawkidy adalah frasa yang terbentuk dari N sebagai UP siikuti Atr berupa tawkid (penegas). Penanda tawkid (penegas) BA mencakup كل، نفس، عين. selain itu bisa berupa kata ganti lepas sebagaimana dicontohkan berikut:لقيت محمدا نفسه
    8. Frasa mawshuly adalah frasa yang terbentuk dari mawshul + shilah. Mencakup الذي dan التي  dengan derivatnya. Misalnyaالذين يلعبون أصحابي :
    9. Frasa mashdary adalah frasa yang terdiri atas penanda masfdar diikuti V, misalnya:أحب أن أقرأ القصة
    10. Frasa tamyizy terdiri atas mumayyaz dan tamyiz. Dalam hal ini mumayyaz itu berupa adjektiva yang bersama-sama nomina membentuk frasa na’ty atau atribut. Meskipun yang menjadi UP dalam frasa atribut adalah nomina, tetapi tamyiz secara langsung berhubungan dengan adjektiva, bukan dengan nomina. Dengan kata lain, tamyiz tidak pernah muncul tanpa didahului ajektiva.
Misalnyaهذه هي تامرأة الجميلة وجها:
    1. Frasa bayany adalah frasa yang berunsurkan dua nomina yang dipisahkan oleh huruf من. secara singkat dapat ditulis dengan rumus N1+ +N2.
Misalnya:شربت كوبا من العصير
    1. Frasa istitsna’I adalah frasa yang terbentuk dari pengecuali diikuti N. pengecuali BA antara lain . misalnya:لا يصدّقه أحد إلا أبا بكر
    2. Frasa naskhy adalah frasa yang berunsurkan nomina sebagai UP didahului penanda naskhy, yaitu yang mencakup ليت- لعلى- كأن- لأن- لكنّ- أن- إن.
misalnya:إن الله سميع عليم
    1. Frasa ikhtishashy adalah frasa yang berunsurkan dua nomina juga . N1 merupakn UP dan N2 merupakan pengkhusus. Sebagai pengkhusus, N2 beri’rab mansub sebagaimana tampak pada contoh:نحن المسلمين أمة وحدة
    2. Frasa ta’ajjuby adalah frasa yang berunsurkan atau diikuti konstruksi unik untuk menyatakan kekaguman. Contoh: مال اطيب قميصك
    3. Frasa muqarabat adalah frasa yang berunsurkan V sebagai UP didahului verba muqarabat yang bermakna ‘hampir’. Misalnya: أو شكت الشمس تغرب
    4. Frasa syuru’ adalah frasa yang ber-UP V didahului verba bantu syuru’.
Misalnya:أخذ ينتقل من مدينة إلى مدينة
    1. Frasa raja’ adalah frasa yang berunsurkan verba sebagai UP didahului veba bantu raja’ عسى. Misalnya:   عسى أن ندرك
-          Pengertian klausa
Klausa adalah satuan gramatik berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Contoh: في الحجرة
-          Jenis klausa
Berdasarkan struktur intern klausa
      1. Klausa lengkap (klausa kamilah) adalah klausa yang mengandung fungtor S dan P atau MI dan M.
Misalnya:مكة الآن مدينة عصرية و كانت قرية خالية
      1. Klausa tidak lengkap (klausa ghayr kamilah) adalah klausa yang tidak mengandung fungtor S/MI. Misalnya:يحضر التجار و يدخلون السوق
Berdasarkan jenis kata/frasa yang menjadi P
  1. Klausa verbal (jumlah fi’liyah) adalah klausa yang P-nya berupa kata golongan verba. Contoh:ترقص  الفتاتان
  2. Klausa nominal (jumlah ismiyah) adalah klausa yang P-nya berupa kata/frasa golongan nominal. Contoh: هم يضحكون
  3. Klausa depan/klausa preposisional (syibhul jumlah) adalah klausa yang P-nya berupa frasa depan. Contoh: المدير في المكتب
Berdasarkan peran fungtor S
  1. Klausa aktif (jumlah ma’lumiyah) adalah klausa yang S-nya berperan sebagai pelaku. Contoh:شرح الله صدر زيد
  2. Klausa pasif (jumlah majhuliyah) adalah klausa yang S-nya berperan sebagai penderita. Contoh:هزمت أكبر دولتين
  3. Klausa netral (jumlah bayna ma’lumah wa majhulah) adalah klausa yang P-nya non verba, S tidak berperan apa-apa, tidak sebagai pelaku dan tidak sebagai penderita. Contoh:إن التوحيد مصدر قوته
Berdasarkan kehadiran dan urutan fungtor
  1. Klausa berfungtor S dan P adalah klausa yang terdiri hanya atas dua unsur inti mempunyai dua kemungkinan pola, yaitu pola S-P dan P-S.
Contoh:هو يمشي
توفي أمير المؤمنين
  1. Klausa berfungtor S, P, dan O adalah klausa yang tersusun dari fungtor S, P dan O. Contoh:كان ملك ينصح الحكام
  2. Klausa berfungtor S, P, dan K. Contoh:لعب صديق كثيرا
  3. Klausa berfungtor S, P, O, dan K adalah klausa yang mempunyai fungtor paling lengkap, dalam arti semua fungtor inti dan non inti hadir, ia mempunyai alternative urutan yang lebih bervariasi.
Contoh:أنا أصلي الجمعة مع والدي
  1. Klausa berfungtor P saja. Contoh:كانت قرية خالية
  2. Klausa berfungtor P dan O adalah klausa berfungtor S-P-O yang mengalami pelepasan S. Contoh:يؤلفون كتب الدليل
  3. Klausa berfungtor P dan K adalah klausa berfungtor P-K yang pada dasarnya Klausa S-P-K yang mengalami pelepasan S.
Contoh:لا أذكر جيدا
  1. Klausa berfungtor P, O, dan K adalah klausa yang berfungtor P-O-K.
Contoh:يتذكر والده كثيرا
c)      Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang didahului dan diakhiri oleh kesenyapan dan berfungsi dalam ujaran. Satuan gramatik yang dimaksudkan diakhiri dengan nada akhir turun(misalnya nada akhir pernyataan)atau nada akhir turun (misalnya nada akhir pertanyaan). Satuan gramatik tersebut tidak merupakan bagian dari satuan gramatik yang lebih besar.
Contoh sebagai berikut :
كيف حالك يا سعيد؟

·         Fungsi, kategori, dan Peran
Pada bagian 3 klausa,telah dibahas berbagai fungsi dalam klausa,misalnya subjek dan predikat. Klausa,jika berdiri sendiri,pada dasarnya adalah kalimat. Yang termasuk sebagai fungsi adalah apa yang lazim disingkat dengan S,P,O,K. Berbeda dengan S,P,O, dan K,kata benda,kata kerja dan kata tugas tidak termasuk fungsi,melainkan kategori atau kelas kata.Contoh-contoh berikut:
يصنع النجار الكرسي من الخشب          اعطاني أبي النقود
·         Jenis Kalimat
Kalimat dapat diklasifikasikan dari berbagai segi sebagai berikut:
1.Berdasarkan jumlah dan jenis klausa pada dasar
- Kalimat tunggal
Kalam tunggal dalam BA di sebut dengan kalam basith adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas tanpa klausa terikat.contoh sbb :
(186) أللّه ربنا
(187) أخي يعمل مدرسا
(188)تسكن العائلة فى قرية من العاصمة
Kalimat-kalimat di atas masing-masing terdiri atas klausa bebas. Kalimat (186) terdiri atas klausa  الّله ربنا dengan rincian  الله sebagai S dan   ربناsebagai P. Kalimat (187) terdiri atas klausa أخي يعمل مدرسا sebagaimana kalimat (188) terdiri atas klausa العاصمة قرية من تسكن العائلة فى.
-          Kalimat majemuk bersusun
Kaimat majemuk bersusun sering disebut juga kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bersusun adalah kalimat yang minimal terdiri atas satu klausa terikat. Dalam BA disebut kalimat tathbiqi .contoh sbb :
(189)  الى المستشفى لأن والدي مريضذهبت
(190)عندما أسمع اذان الجمعة اذهب الى المسجد
(191)انا اعلم انك فى تعب شديد
(192) كتب بشير رسالة الى صديقه فى الكويت يسأله عن الكويت
Keempat kalimat di atas terdiri atas dua klausa yang tidak setara,karena salah satunya berupa klausa terikat. Dengan kata lain kedua klausa pada masing-masing kalimat itu bertingkat.kalimat (189) terdiri atas klausa bebas ذهبت الي المستشفي dan klausa terikat   لأن والدي مريضkalimat (190)terdiri atas klausa bebas  الي المسجد  اذهبdan klausa terikat  عندما أسمع الأ ذان
Kalimat (191)terdiri atas klausa bebas  انا أعلمdan klausa terikat انت في تعب شديد. kalimat (192) terdiri atas klausa bebas  بشير رسالة الي صديقة في الكويت كتبdan klausa terikat يسأله عن الكوت
-          Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua /lebih klausa bebas.dalam BA ini disebut dengan kalam murakkab.contoh sbb :
(197)استيقظ ياسر من النوم مبكرا ثم توضاءو صلى الصبح
(198)  هذه درذجة كبيرة و تلك دراجة صغيرة
Sebagaimana empat kalimat sebelum ini,tiga kalimat terakhir inipun mempunyai dua klausa.tetapi kedua klausa pada (197),(198),dan (199) merupakan klausa bebas semua.masing-masing klausa berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari klausa lainnya.kedua klausa pada setiap kalimat itu di hubungkan oleh penghubung yang setara,yaituثم . (197), فـ (198), dan و.
Berdasarkan struktur internal klausa utama
- Kalimat sempurna adalah kalimat yang pada dasarnya terdiri dari atas klausa bebas. Dengan prinsip ini maka kalimat tunggal,kalimat majemuk bertingkat,dan kalimat majemuk setara termasuk dalam klasifikasi kalimat sempurna,karena ketiga jenis kalimat tadi,dasarnya terdiri atas klausa bebas.kalimat sempurna kadang-kadang di sebut dengan istilah kalam kamil.contoh sbb:
(199) جر الرسول من مكة الى المدينة المنورةها
- Kalimat tak sempurna
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas klausa terikat atau tidak mengandung klausa. Jenis kalimat ini juga lazim disebut kalimat minor. Sebagai padanan dalam BA dapat digunakan istilah kalam ghayr kamil. Kalimat-kalimat pendek dalam percakapan biasanya termasuk kalimat tak sempurna.contoh sbb :
(200)مشيا علي الاقدم
3  Berdasarkan ada tidaknya penanda negasi
-          Kalimat afirmatif dan kalimat negatif
Kalimat afirmatif dulu dikenal dengan istilah kalimat positif. Yang di maksud dengan kalimat afirmatif atau kalam musbat adalah kalimat yang mengandung unsur negasi(adawat manfiyah).adapun kalimat negatif atau kalimat manfy adalah kalimat yang mengandung unsur negasi.dalam kalimat (201) termasuk kalimat positif sedangkan dalam (202)termasuk kalimat negatif karena mengandung unsur negasi.
(201)تبكى الّله غفور رحيم
(202)لا شريك له
4. Berdasarkan sifat hubungan aktor-aksi
- Kalimat aktif dan kalimat pasif
Kalimat aktif dalam BA mungkin dapat di sebut kalam ma’lum adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor.sedangkan dalam kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau menadi sasaran.kalimat (203) adalah kalimat aktif dan kalimat (204)adalah kalimat pasif.
(203)حسن يشرب العصيردائما
(204)الباب يفتح من الصباح
-Kalimat medial dan kalimat resiprokal
Kalimat medial adalah kalimat yang subyeknya berperan sebagai penderita sekaligus,misalnya pada (205).kalimat resiprokal adalah kalima yang subyek dan obyeknya berbalas-balasan.misalnya pada (206).contoh-contoh sbb:
(205)انه لايفهم نفسه
(206)تجادل احمد و على
C.     PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SINTAKSIS BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB

a.      Persamaan
-        Dalam bahasa Indonesia, kalimat sederhana meliputi Subjek, Predikat, Objek, dan keterangan. Contoh: kita belajar bahasa Indonesia di sekolah.
Begitu juga kalimat sederhana dalam bahasa arab meliputi Fi’il, Fa’il, dan maf’ul bih serta dharaf. Contoh:  ذهب علي إلى السوق
-        Kalimat setara dalam bahasa Indonesia yaitu kalimat yang terdiri atas dua struktur kalimat yang unsur pembentuknya berkedudukan sama atau setara dan cirinya disertai dengan tanda hubung( dan , lalu, serta, dsb).
contoh: adik membaca buku,sedangkan  kakak menulis surat
Di dalam bahasa arab pun, kalimat setara adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat sederhana disertai tanda hubung (huruf ‘athaf).
Contoh: درس خا لد بجد و نجح في الامتحان
b. Perbedaan
1. Adanya aturan cara membaca/ mengucapkan kata di akhirnya dan adanya perubahan bacaan yang disebabkan amil. Misalnya: رايت عمرا ,جاء عمر
2. Perbedaan struktur kalimat nominal dan verbal, perbedaan aturan itu akan mempengaruhi pula dalam memahami bahasa Arab, mis ذ هب احمد الى السوق maka arti yang menurut susunan bahasa Indonesia adalah Pergi Ahmad ke pasar. Dan ini janggal menurut bahasa Indonesia.
3. Perbedaan pola kalimat
- Pola penyusunan kata tunjuk, misalnya هذا القلم جميل berbeda dengan هذا قلم جميل
- Pola pendahuluan obyek, misalnya السيارة سيركبها احمد ( O-P-S) pola ini asing dalam bahasa Indonesia
4. Adanya persesuaian antara kata dalam kalimat
a. Kesesuaian I’rab/ harokat/ bunyi kahir kata , contoh كتاب جميل, كتابا جميلا
b. Kesesuaian jenis kata contoh kata كتاب جميل, مدرسة جميلة
  1. Kesulitan-kesulitan dalam mempelajari sintaksis bahasa arab
Dalam tataran praktis para pemula baik orang Arab apalagi non Arab merasa kesulitan dalam pembelajaran ilmu nahwu sharaf ini, dan khususnya ilmu nahwu yang disebabkan karena begitu kompleknya kaidah-kaidah nahwu. Bagi pelajar Indonesia merasakan kesulitan ini dikarenakan kaidah nahwu sangat jauh berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia.
Nahwu disusun disamping untuk memudahkan orang untuk mempelajari bahasa Arab juga dapat sebagai alat bantu agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi baik tulisan maupun lesan. Karena terjadinya kesalahan tidak hanya berakses terhadap kesulitan audience/orang kedua dalam memahami pesan, tetapi juga merubah makna pesan dari yang dimaksud oleh penyampai pesan. Sehingga siapapun yang belajar atau mengajar bahasa Arab, mutlak untuk memahami struktur sintaksis (nahwu) maupun morfologi (shorof).
Senada dengan itu, Ahmad Fuad Effendi menerangkan bahwa pengajaran tata bahasa (nahwu shorof) berfungsi sebagai penunjang tercapainya kemahiran bahasa, selanjutnya dikatakan tata bahasa bukan tujuan, melainkan sarana untuk dapat menggunakan bahasa dengan benar dalam komunikasi.
Mayoritas orang yang belajar nahwu merasa kesulitan dalam menguasai materi nahwu, khususnya non Arab, hal tersebut dikarenakan materi nahwu yang cukup banyak dengan aturan –aturan yang sangat rumit. Muhammad Abd al-Syahid Ahmad memformulasikan beberapa kesulitan itu disebabkan karena; pertama; banyaknya topik-topik pembahasan materi nahwu yang antara satu sama lain memiliki perbedaan yang tipis seperti : maf’ul muthlaq, maf’ul ma’ah, maf’ul li ajlih dan lain-lain dan kedua contoh-contoh yang dipakai dalam menjelaskan materi adalah contoh-contoh yang tidak situasional dan jauh dari kehidupan sehari-hari peserta didik.
Menurut Ibnu Madha al Qurtubhi (w. 592 H), ada empat faktor penyebab sulitnya belajar nahwu., pertama adanya teori amil ( perubahan harakat/ sakl di akhir kata, kedua adanya teori ‘illat tsawani dan tsawalits (alasan dari pemberian sakl) , ketiga teori qiyas ( mencari kesamaan tentang alasan perubahan harakat pada kata) dan keempat teori al Tamarin al Muftaridhah ( kaidah-kaidah perubahan huruf dalam sebuah kata). Dr. Syauqi Dzayf dalam kitabnya Tajdid al-Nahwi menambahkan uraian tentang beberapa kesulitan yang ada dalam kaidah nahwu di antaranya; teori istighal, teori I’rab taqdiri dan mahalli, teori an masdariyah muqoddaroh dan lain sebaginya dengan penjelasan lengkap tersaji dalam sub bab usaha-usaha penyederhanaan nahwu.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Persamaan dan perbedaan sintaksis kalimat dalam dua bahasa (Arab dan Indonesia)
  • Persamaan
-          Dalam bahasa Indonesia, kalimat sederhana meliputi Subjek, Predikat, Objek, dan keterangan. Contoh: kita belajar bahasa Indonesia di sekolah.
Begitu juga kalimat sederhana dalam bahasa arab meliputi Fi’il, Fa’il, dan maf’ul bih serta dharaf. Contoh:  ذهب إلى السوق
-          Kalimat setara dalam bahasa Indonesia yaitu kalimat yang terdiri atas dua struktur kalimat yang unsur pembentuknya berkedudukan sama atau setara dan cirinya disertai dengan tanda hubung( dan , lalu, serta, dsb).
contoh: adik membaca buku,sedangkan  kakak menulis surat
Di dalam bahasa arab pun, kalimat setara adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat sederhana disertai tanda hubung (huruf ‘athaf).
Contoh: درس خا لد بجد و نجح في الامتحان
  • Perbedaan
1. Adanya aturan cara membaca/ mengucapkan kata di akhirnya dan adanya perubahan bacaan yang disebabkan amil. Misalnya: رايت عمرا ,جاء عمر
2. Perbedaan struktur kalimat nominal dan verbal, perbedaan aturan itu akan mempengaruhi pula dalam memahami bahasa Arab, mis ذ هب احمد الى السوق maka arti yang menurut susunan bahasa Indonesia adalah Pergi Ahmad ke pasar. Dan ini janggal menurut bahasa Indonesia.
3. Perbedaan pola kalimat
- Pola penyusunan kata tunjuk, misalnya هذا القلم جميل berbeda dengan قلم جميل هذا
- Pola pendahuluan obyek, misalnya السيارة سيركبها احمد ( O-P-S) pola ini asing dalam bahasa Indonesia
4. Adanya persesuaian antara kata dalam kalimat
a. Kesesuaian I’rab/ harokat/ bunyi kahir kata , contoh كتاب جميل, كتابا جميلا
b. Kesesuaian jenis kata contoh kata كتاب جميل, مدرسة جميلة











DAFTAR PUSTAKA
Mudlofar, 1999. Bahasa dan Satra Indonesia. Gresik: CV Gema Wacana Alief.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Santoso, Kusno Budi.1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misykat.
عفيف الدين دمياطي. 2010.محاضرة في فقه اللغة و علومها. سورابايا.
الخولي، محمد على. 1993.علم اللغة. الأردن: دار الفلاح للنشر و التوزيع.