FUNGSI DAN KEDUDUKAN
AL-QUR’AN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen : DR.
![]() |
Oleh :
1.
Idah Kosidah
2
Neli Fauziah
Fakultas /
Jurusan / Semester : Tarbiyah / PBI-D / II
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT. karena berkat innayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah
ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ulumul Qur’an.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca, agar makalah yang akan datang lebih baik dari makalah sebelumnya.
Dalam
penyusun makalah ini kami menemukan berbagai hambatan, terutama dalam
pengumpulan data. Kami ingin mengucapkan terim ksih kepada semua pihak yang
telah berjasa dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas
dari kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Cirebon, Juni 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Beberapa definisi Al-Qur’an telah dikemukakan oleh beberapa ulama dari
berbagai keahlian dalam bidang bahasa, Ilmu Kalam, Usul Fiqh dan sebagainya.
Definisi-definisi itu tentu sudah berbeda antara satu dengan yang lainnya,
dikarenakan penekanannya berbeda-beda disebabkan perbedaan dalam keahlian
mereka.
Hal itu menyebabkan Al-Qur’an belum difungsikan secara
menyeluruh dan utuh. Sebagian masyarakat memahami al-Qur’an sebagai obat (syifa)
saja, maka mereka memfungsikannya hanya sebatas sebagai penyembuh. Sehingga,
Al-Qur’an baru dekat dengan orang-orang yang sakit, sekarat atau sudah
meninggal. Padahal al-Qur’an sebenarnya lebih dibutuhkan oleh orang-orang yang
sehat. Sebagian yang lain hanya memahami al-Qur’an sebagai kitab bacaan yang
pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas ini mendorong masyarakat merasa puas
setelah hanya membaca al-Qur’an. Pemungsian al-Qur’an oleh masyarakat
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (tashawur) dan persepsi mereka terhadap
al-Qur’an itu sendiri. Hal inilah yang membuat pengenalan terhadap al-Qur’an
menjadi sangat penting.
1.2
Perumusan Masalah
Dalam
perumusan masalah, kami mencoba mengangkat permasalahan yang dirumuskan sebagai
berikut :
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Fungsi Al-Qur’an
3. Kedudukan Al-Qur’an
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan kami
dalam menyusun makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara teoritis
kepada pembaca khususnya bagi calon pengajar agar mengetahui apa itu Pengertian,
Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Qur’an
Al-quran adalah kalam allah swt yang diturunkan kepeda
Rasul dan penutup para Nabi Muhammad SAW, diawalai dengan surat Al-Fatihah dan
diakhihri dengan surat An-Naas.
Allah swt berfirman, yang artinya:
“sesungguhnya
kami telah manurunkan al-quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur”
. (al-insaan :23).
Dan firmannya, yang artinya:
“sesungguhnya kammi menurunkannya berupa al-quran dengan
berbahasa arab, agar kamu memahaminya”. (yusuf :2)
Para
ulama tafsir al-Qur’an dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi
bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Qur’an merupakan bentuk mashdar
dari kata qoro’a – yaqro’uu – qiroo’atan – wa qor’an – wa qur’aanan. Kata
qoro’a berarti menghimpun dan menyatukan; al-Qur’an pada hakikatnya
merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan
ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Qur’an. Di samping
itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur’an dengan akar kata qoro’a,
bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi
“al-Qur’an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”
Makna
al-Qur’an secara ishtilaahi, al-Qur’an itu adalah “Firman Allah SWT yang
menjadi mu’jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi
oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi
berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar”
Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting:
a. Al-Qur’an
adalah firman Allah SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia
dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur’an) pun menjadi mulia dan agung juga,
yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.
b. Al-Qur’an
adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan
al-Qur’an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c. Al-Qur’an
itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192).
Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur’an masuk ke dalam hati kita.
Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi
dengan al-Qur’an, maka al-Qur’an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan
memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika
al-Qur’an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi
SAW, beliau menjawab: Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah
al-Qur’an.
d. Al-Qur’an
disampaikan secara mutawatir. Al-Qur’an dihafalkan dan ditulis oleh banyak
sahabat. Secara turun temurun al-Qur’an itu diajarkan kepada generasi
berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu,
keaslian al-Qur’an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian
al-Qur’an. (QS 15:9).
e. Membaca
al-Qur’an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda:
“Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam
satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat”
(al-Hadist).
Ali
bin Abi Thalib berkata: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan terjadi
fitnah (kekacauan, bencana)” Bagaimana jalan keluar dari fitnah dan
kekacauan itu Hai Rasulullah? Rasul menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya
terdapat berita tentang orang-orang sebelum kamu, dan berita umat sesudah kamu
(yang akan datang), merupakan hukum diantaramu, demikian tegas, barang siapa
yang meninggalkan al-Qur’an dengan sengaja Allah akan membinasakannya, dan
barang siapa yang mencari petunjuk pada selainnya Allah akan menyesatkannya,
Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas,
peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Qur’an hawa nafsu
tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah,
pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan
kenyang dengan al-Qur’an, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya,
al-Qur’an tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan
habis, ketika jin mendengarnya mereke berkomentar ‘Sungguh kami mendengarkan
al-Qur’an yang menakjubkan’, barang siapa yang mengetahui ilmunya dia akan
sampai dengan cepat ke tempat tujuan, barang siapa berbicara dengan landasannya
selalu benar, barang siapa berhukum dengannya hukumnya adil, barang siapa yang
mengamalkan al-Qur’an dia akan mendapatkan pahala, barang siapa yang mengajak
kepada al-Qur’an dia diberikan petunjuk ke jalan yang lurus” (HR Tirmidzi dari
Ali r.a.)
2.2 Fungsi Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an
adalah sebagai berikut:
1.
Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah
diturunkan Allah SWT
2.
Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.
Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan
oleh umat terdahulu
4.
Sebagai Obat

Dan Kami
turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian”. (Al-Isra' (17): 82).
2.3 Kedudukan Al-Qur’an
Seperti telah kita ketahui bahwa apapun yang di
kerjakan, di perintah maupun yang dilarang Allah pasti memiliki maksud dan
tujuan. Begitu pula ketika Allah menurunkan Al-qur’an. Al-Qur’an diturunkan
sebagai :
1. Kitab
Berita dan khabar
Sebagai kitab berita dan khabar Al-Qur’an banyak berbicara
tentang orang-orang terdahulu, baik yang shalih maupun yang thalih. Al-Qur’an
berbicara tentang perjuangan para Nabi dan pertolongan Allah atas mereka, agar
umat ini mau mengikuti perjuangan mereka. Dan juga menceritakan tentang
orang-orang durhaka dan akibat buruk dari kedurhakan mereka.
Al-qur’an bercerita tentang fir’aun dan akibat kekufurannya
yaitu di binasakan dan di tenggelamkan di laut merah beserta bala tentaranya.
Al-Qur’an juga bercerita tentang Qarun dan Kebakhilannya hingga Allah
tenggelamkan diri dan hartanya kedalam bumi, dan masih banyak contoh lainnya.
2. Kitab Hukum dan Perundang-undangan
Sebagai pedoman hidup manusia, Al-Qur’an, memuat hukum-hukum
dan undang-undang untuk di taati.
Baik
hukum amaliah seperti :
a. Hukum Ibadah
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia
dengan Rabbnya (hablum minallah, baik ibadah mahdhoh (ibadah yang
disyari’atkan dan telah ditetapkan tata caranya oleh Nabi seperti shalat,
puasa, haji, dll.) maupun ibadah ghoiru mahdhoh (ibadah secara umum).
b. Hukum Mu’amalat
yaitu hukum dan perundang-undangan yang mengatur
hubungan antara manusia denngan manusia lainnya (hablum minannas), Hukum
mualamat terbagi kepada :
o
Hukum Ahwal Syaksiyah
Yaitu hukum yang sangat terkait erat
dengan pribadi setiap individu muslim sejak di lahirkan hingga wafatnya,
seperti nikah, thalaq dll.
o
Hukum Mu’amalah madaniyah
Yaitu hukum-hukum jual beli, sewa menyewa dll.
o
Hukum acara
o
Hukum Internasional
o
Hukum Ekonomi/keuangan negara
c. Hukum Hudud & Jinayah (pidana)
Yaitu hukum yang di syari’atkan dalam rangka menjaga
agama, jiwa, akal, keturunan, dan kehormatan.
3. Kitab
Jihad
Secara bahasa jihad artinya bersungguh-sungguh. Sedangkan
dalam pengertian syari’at Islam jihad adalah bersungguh-sungguh dalam menegakan
kalimat-kalimat Allah dan menghilangkan fitnah terhadap kaummuslimin. Jihad
adalah puncak amal islami seorang muslim, setiap muslim memiliki kewajiban
untuk berjihad.
Said Hawa dalam bukunya Al-Islam, mengklasifikasi jihad
menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Jihad
Nafsi /jihad Qital (perang)
Jihad nafsi (jiwa) atau jihad qital (perang) adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakan kalimat Allah di muka bumi dengan pertaruhan
nyawa. Jihad jenis inilah yang nilai pahalanya paling tinggi disisi Allah,
karena siapapun yang gugur akan mendapat gelar syahid, gelarnya para penghuni
syurga tertinggi. Syahid pula yang menjadi cita-cita tertinggi kaum muslimin
dalam berjihad. Para syuhada adalah mereka yang tetap hidup walau jasadnya
sudah berkalang tanah.
b. Jihad
Lisani
Yaitu menegakan agama Allah dengan nasehat-nasehat
yang baik. Rasulullah SAW. bersabda
الدين النصيحة
Artinya “ Agama itu adalah nasihat”
c. Jihad
Maal
Yaitu berjihad dengan cara menginfaqan harta demi
kemenangan jihad. Hal ini pernah di lakukan oleh para sahabat mulia, Abu Bakar,
Utsman, Abdur Rahman bin Auf, yang menginfakkan begitu banyak hartanya untuk
memenangkan jihad (perang) di jalan Allah.
d. Jihad dengan kekuasaan
Jihad dengan kekuasaan/kekuatan sangat mungkin di
lakukan oleh mereka yang memiliki otoritas/kekuasaan dalam msyarakat. Seorang
ayah wajib berjihad untuk mengislamikan keluarganya, karena ia adalah pemimpin
di keluarga. Dan seorang presiden harusnya bertanggung jawa terhadap baik-buruk
rakyatnya.
Rasulullah SAW. bersabda : “ Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya”.
e. Jihad
siyasi (politik)
Jihad siyasi adalah jihad yang mungkin dilakukan oleh
para anggota dewan baik DPRD maupaun DPR. Jihad yang mereka lakukan adalah
membuat undang-undang yang sejalan dengan hukum Allah SWT. Undang-undang yang
memudahkan umat Islam melakukan kegiatan-kegiatan keislaman tanpa adanya rasa
takut karena intimidasi, terror dan lainnya.
f. Jihad
Tarbawi (pendidikan)
Jihad tarbawi adalah jihad yang diakukan dengan
pendidikan dan da’wah islam.
4. Kitab
Tarbiyah
Tarbiyah artinya pendidikan, dan manusia adalah makhluk
“paedogogis” yaitu makhluk yang bisa dididik dan bisa mendidik. Dan pendidikan
yang benar adalah pendidikan yang dijalankan Rasulullah yang berpedoman pada
Al-Qur’an.
5. Kitab
pedoman hidup
Sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada manusia diturunkalah
Al-Qur’an sebagai pedoman dan peta untuk perjalanan hidupnya di dunia, jika ia
mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an maka ia tak akan pernah tersesat.
Konsepsi
inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan
menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang
sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat
Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa
sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang
memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah
umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua
kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya
beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah
besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang
terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah
kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau
mengatakan dalam sebuah haditsnya:
عن
عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَيْرُكُمْ
قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Dari
Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah
generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang
berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin).
(HR. Bukhari)”
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi
pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits
lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ
أَنَّ
أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ
نَصِيفَهُ ( رواه البخاري)
Dari
Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela
sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan
emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka,
bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar
belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang
tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama,
karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan,
guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai
sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki
tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya.
Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh
Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala
hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa
Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa
lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah
yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka
ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang
sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya
Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada
kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
6. Kitab
Ilmu Pengetahuan
Begitu banyak ayat Al-Qur;an yang berbicara tentang ilmu pengetahuan. Bahkan
wahyu pertama yang turun di Gua Hiro pada tahun 610 M adalah ayat ilmu
pengetahuan, di awali dengan kata kerja perintah
“Bacalah”dan
membaca adalah kunci ilmu. Dalam ayat-ayat yang lain Allah menjelaskan tentang
dasar-dasar ilmu pengetahuan modern yang baru dapat dibuktikan oleh manusia 1
milenium (1000 tahun) berikutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi Al-Quran
meliputi:
1.
Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan allah swt
2.
Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3.
Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperdelisihkan
oleh umat terdahulu
4.
Sebagai obat
Kedudukan Al-Qur’an meliputi:
1.
Sebagai berita dan kabar
2.
Sebagai kitab hukum syariah
3.
Kitabul jihad ,Qs.al-ankabut (29):69
4.
Kitabul tarbiyah Qs. Al-imran (3):79
5.
Minhajul hayah (peffoman hidup)
DAFTAR PUSTAKA
Rummi. Muhammad. 1997. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi.
Departemen Agama Respublik
Indonesia. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Surabaya: Toha Putra.